Islandia adalah negara dengan populasi terkecil yang berhasil masuk ke putaran final Piala Dunia. Negara yang beribukota di Reykjavic ini hanya memiliki luas sekitar 123 ribu km persegi, dengan jumlah penduduk tidak cukup 350 ribu jiwa. Hanya seperlima dari jumlah penduduk kota Makassar. Sebelum Islandia, rekor ini milik Trinidad Tobago dengan 1,3 juta jiwa.
Tak tanggung-tanggung, laga perdana Islandia di Piala Dunia melawan Argentina, juara dua kali Piala Dunia, dengan sang kapten Lionel Messi, pesepak bola peraih Ballon d Or lima kali. Gugupkah Islandia ? tentu tidak. Hasil akhir yang sudah kita tahu 1-1, diwarnai tendangan penalti Messi yang diblok kiper Hannes Halldorsson. Menurut para pandit sepak bola dunia, skor itu merupakan kejutan besar.
Padahal sebenarnya bukan satu kejutan juga. Islandia memang negara yang tidak diperhitungkan meskipun perjalanan ke Rusia sangatlah tidak mudah. Â Publik sudah lupa "Strakamir Okkar" adalah pemuncak Grup I kualifikasi Zona Eropa untuk memastikan satu tiket langsung. Islandia menyisihkan Ukraina dan membuat Kroasia harus menjalani laga play-off untuk bisa memastikan satu tiket.
Perkembangan sepak bola Islandia memang pesat. Islandia mulai merangsek persaingan mengusik dominasi negara-negara langganan turnamen sejak empat tahun lalu, ketika mereka nyaris lolos ke Piala Dunia Brasil 2014. Sayang langkah Aron Gunnarson terhenti di babak play-off oleh Kroasia.
Panggung besar pertama akhirnya dialami di Piala Eropa Perancis. Islandia menyingkirkan Belanda, Turki, dan Republik Ceko di babak kualifikasi. Di Perancis, Islandia mempermalukan Inggris, pemilik liga termahal di dunia, sebelum dikandaskan tuan rumah Perancis di babak delapan besar. Tapi penampilan Islandia meninggalkan kesan menarik, Islandia punya ciri khas, Â bermain sesuai filosofi dan caranya sendiri. Tidak meniru dan fanatik pada permainan negara lain.
Skeptisme sempat muncul karena Euro 2016 menerapkan format baru peserta menjadi 24 negara, sebelumnya hanya 16. Ada kesan UEFA memberi bonus kepada negara-negara kecil untuk merasakan tampil di turnamen akbar. Selain Islandia, ada Albania, Irlandia Utara, dan Wales. Namun tuduhan untuk Islandia gugur karena hanya mereka dari debutan Euro 2016 yang sanggup menembus Rusia 2018.
Apa yang diraih Islandia tentu tak datang tiba-tiba. Para pemain tim nasional yang berangkat ke Rusia merupakan hasil dari reformasi sepak bola besar-besaran di negara yang dimulai awal tahun 2000-an. Asosiasi Sepak Bola (KSI) melakukan pembinaan usia muda, dan banyak menyekolahkan pelatih. Disiapkan pemain sejak berusia delapan tahun. Persiapan sejak dini itu diarahkan agar saat usia mereka 18-19 tahun sudah bisa menapaki tahapan jenjang pemain profesional yang bertebar di liga-liga Eropa.
Di Islandia profesi pemain dan pelatih sepak bola adalah profesi paruh waktu, tapi mereka menjalani serius. Pelatih Islandia Heimir Hallgrimson, contohnya, seorang dokter gigi. Adapun Kiper Hanners adalah Sutradara film dan iklan. Saat ini ada lebih dari 20 ribu pemain dengan usia berjenjang, atau tujuh persen penduduk.
KSI merancang sistem pendidikan berdasarkan standar UEFA, dengan memilah materi yang dilatihkan, dan siapa pengajarnya. Para pelatih di sana wajib memiliki lisensi UEFA B untuk mendidik anak usia 8 tahun. Jenjang selanjutnya hanya pelatih lisensi-A.
Investasi Infastruktur Sepak Bola.Â
KSI begitu cerdas mengantisipasi cuaca eksterm di negara yang berada di Lingkar Arktik. Negeri Skandinavia ini terdapat 80 gunung api memiliki musim dingin yang panjang. Hanya lima bulan para penduduk Islandia bisa bermain sepak bola di tempat terbuka. Â Jika musim dingin tiba, Â biasaanya dimulai September, suhu bisa minus 20 derajat celcius. Adapun musim panas, suhu rata-rata 10 derajat .
Solusinya adalah menyiapkan fasilitas sepak bola yang sesuai, yakni membangun stadion sepak bola dengan fasilitas komplet, termasuk pemanas ruangan di penjuru negeri. Seperti ditulis The Telegraph, di  Islandia, sudah ada 30 stadion dengan lapangan ukuran standar. Tujuh diantaranya tertutup, yang bisa digunakan dalam segala cuaca. Ditambah lebih 150 lapangan artifisial berukuran kecil dengan pemanas bawah tanah, yang menjamin anak-anak tak kehilangan tempat bermain ketika musim dingin.
Lapangan tertutup adalah investasi terbesar Islandia. Mereka yang tergabung di tim nasional adalah generasi dengan fisik dan mental kuat yang tumbuh dan berlatih di dalam fasilitas itu. Sampai-sampai mereka dijuluki sebagi generasi "anak-anak lapangan tertutup".
Malam ini Islandia kembali berlaga berhadapan dengan Nigeria, Elang Afrika, di persaingan Grup D demi mendapatkan peluang lolos ke fase knock-out. Pertandingan yang seru. Tidak hanya di lapangan, tapi bagaimana serunya suporter Islandia memberikan dukungan penuh dengan terus melakukan ritual  "Tepuk Tangan Guntur" aktraktif yang kini identik dengan satu kesatuan Islandia.
Salam sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H