Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia 2018 dalam Bayang-bayang Tuan Putin

20 Juni 2018   22:10 Diperbarui: 12 September 2019   16:28 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya saya kurang senang dengan situasi ketika saya tidak sanggup untuk membuang jauh-jauh aspek politik dari ajang Piala Dunia 2018. Apalagi saat Rusia berlaga, dimana skuad dan supoter tuan rumah menyanyikan lagu kebangsaan Gimn Sovetskogo Soyuza, dan mengibarkan bendera Rusia, selalu ada bayang-bayang Presiden Vladimir Putin.

Bagi saya, nama Putin lebih mudah dihapal dan dilafalkan daripada anggota skuad Sbornaya, termasuk sang bintang Andrea Golovin sekalipun. Tuan Presiden Putin sudah begitu dalam menancapkan kuku-kukunya di negeri Beruang Merah ini.

Delapan tahun lalu, saya pun tak dapat memisahkan hajatan akbar Piala Dunia 2010 Afrika Selatan dengan nama agung Nelson Mandela. Tentu nuansanya jauh berbeda. Mandela menjadikan Piala Dunia dengan pendekatan humanisme dalam kesetaraan untuk merangkul dunia yang sering kali tegang. 

Dan sekarang Putin banyak dituduh memanfaatkan Piala Dunia 2018 sebagai alat untuk kepentingan politisnya. Bahkan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson menyamakan misi Putin dengan apa yang dilakukan Adolf  Hitler, Pemimpin Nazi pada ajang Olimpiade Berlin 1936.

****

Vladimir Vladimirovich Putin, laki-laki berparas pucat,  misterius, sedikit bicara tapi tegas. Seorang sarjana Hukum Internasional di Universitas Leningrad tahun 1975  yang telah membentuk pola pikirnya yang tajam, cerdas, cermat, penuh perhitungan. Memulai karir sebagai Intel di KGB hingga ke tampuk pemimpin Rusia.  

Sejak menjadi Presiden pada 2000 (sudah keempat kali dan akan berkuasa hingga pada 2024), Putin punya ambisi besar, dia membangun Rusia untuk kembali menjadi kekuatan utama dunia, sejajar, atau bahkan lebih superior dibandingkan AS dan negara-negara Eropa Barat. 

Namun, tahun-tahun belakangan, Rusia justru mendapatkan pandangan yang buruk karena tindakan yang seringkali dianggap mengancam stabilitas di dunia. Kebijakan luar negeri Putin yang agresif tersebut menuai kecaman, terutama dari Uni Eropa, Amerika Serikat, dan PBB.

Pada 2014, Putin mencaplok Semenanjung Krimea di tepi Laut Hitam, yang merupakan wilayah kedaulatan Ukraina melalui referendum. Putin tak gentar dari protes dan ancaman, sehingga diisolasi dan dijatuhi sanksi oleh Barat. 

Aneksasi Krimea diketahui sangat menguntungkan Rusia. Dari Semenanjung bersejarah yang merupakan salah satu simbol kejayaan kekaisaran, Rusia mengukuhkan diri sebagai satu kekuatan utama dunia di segala bidang.

Putin juga dituduh menjalankan pemerintahan otoriter yang melanggar hak-hak asasi manusia. Dinilai bertanggung jawab atas upaya pembunuhan mantan agen ganda asal Rusia dan putrinya di Inggris. Rusia juga dituduh mencampuri proses pemilu Presiden Amerika Serikat 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun