Bagi koruptor di negara kita hal yang memalukan bukan perbuatan korupsinya, tapi apakah ia masih diterima lingkungan sosialnya. Pokoknya banyak uang, kaya akan mendapat tempat istimewa. Budaya malu yang salah ini yang menciptakan para loyalis koruptor.
Di Eropa, terutama kawasan Skandanavia (juga berlaku di Jepang) rasa malu terkait dengan sesuatu yang normatif. Tentang benar-salah, baik-buruk. Sementara di Indonesia rasa malu dinilai atas relasi sosial.
Sekali lagi, dari unit sosiologi terkecil bernama keluarga, kita harus berbuat sesuatu, meskipun kecil, selama bertujuan untuk memperbaiki diri dan mengubah keadaan lebih baik, tidak akan sia-sia, meski pun bukan kita sendiri yang nanti menikmati hasilnya. Semoga sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H