Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sukses Indonesia di All England

10 Maret 2014   14:36 Diperbarui: 1 September 2016   21:42 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia butuh waktu 11 tahun untuk kembali menjadi juara ganda putra turnamen All England. Lewat duet Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan, Indonesia memboyong gelar ke tanah air setelah mengandaskan mimpi pasangan ulet dari Jepang, Hiroyuki Endo/ Kenichi Hayakawa, dengan dua set skor nyesak 21-19 , 21-19.

Hendra/ Ahsan merupakan ganda ke-7 Indonesia yang sukses di turnamen bulutangkis paling prestius di dunia. Sekaligus menjadi gelar ke 17 di nomor ini buat Indonesia setelah berlangsung sekitar 115 tahun.

Diawali tahun 1972 lewat Christian Hadinata/Ade Chandra. Tjun Tjun/ Johan Wahyudi dengan 6 trofi, Rudi Gunawan/Eddy Hartono, Gunawan/ Bambang Suprianto, Ricky Soebagja/Rexy Mainaky, dan kali terakhir pada tahun 2003 oleh Chandra Wijaya /Sigit Budiarto.

Peningkatan prestasi yang hebat mengingat tahun lalu Hendra/Ahsan yang diduetkan sejak tahun 2012, hanya bertahan hingga semifinal. Khusus buat Hendra Setiawan gelar ini melengkapi sukses besarnya di dunia bulutangkis. Sebelum berpasangan dengan Ahsan, Hendra telah memenangi kejuaraan dunia 2007 dan juara olimpiade Bejing 2008 bersama Markis Kido. Pencapaian ini menyamai prestasi seniornya yang memiliki gelar komplet : Susi Susanti, Ricky Soebagja/Rexy Mainaky, serta Chandra Wijaya, dan Tony Gunawan.

Semoga ini merupakan awal konsisten yang baik. Tiga helatan All England terakhir, Indonesia pulang minimal meraih satu juara. Sembilan tahun tanpa satu trofi juara jelas sangat memukul dan memprihatinkan bagi Indonesia sebagai negara yang sangat kuat tradisinya di Wembley Arena.

Semua bermula dua tahun lalu, Ganda Campuran andalan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang menghapus awan hitam prestasi Indonesia yang selalu saja nirgelar sejak tahun 2003. Sejak itu Tonto/Butet terus kampiun dengan Hatrickyang dilakukan semalam setelah mennudukkan musuh utamanya dari China. Luar biasa.

Hasil ini memenuhi target dari federasi PBSI. Dua gelar yang mengulang pencapaian kejuaraan dunia tujuh bulan silam, tentu bukan hasil yang diperoleh dari kerja singkat. Butuh ketotalan, disiplin tinggi, dan fokus dalam berlatih. Pengharapan tentunya bahwa aura positif dari dua nomor andalan ini dapat dijejaki di tiga nomor lain.

Di Tunggal putra, kita sudah 19 tahun menjadi pecundang nomor setelah terakhir kali Hariyanto Arbie juara tahun 1995. Sektor putri, kita masih terus menanti pemain sekaliber Susi. Nomor Ganda putri adalah pekerjaan rumah terbesar. Nomor ini, jangankan meraih juara, bersaing kompetitif pun rasanya masih butuh waktu panjang. Tahun 1979 terkahir kali Indonesia dapat gelar lewat pasangan Verawaty/Imelda Wiguna.

Betapa pun lamanya, kita tak boleh berputus harapan. Ganda Campuran butuh 33 tahun, dan Ganda Putra “hanya” 11 tahun, sudah membuktikan bahwa kerja keras akan membuahkan hasil yang teramat manis. Sepertinya PBSI dibawah Ketua Umum Gita Wiryawan dan juga kembalinya Rexy Mainaky sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi telah menampakkan hasil yang luar biasa.

Selamat buat Hendra/Ahsan, Tonto/Butet, dan seluruh kontingen merah putih. Kita semua dibuat bangga. Good job.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun