Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Televisi Pengubah Mindset yang Canggih

30 November 2013   10:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Televisi pada zaman sekarang sangat mudah diakses, bukan hanya di perkotaan bahkan mencapai daerah-daerah terpencil. Banyak keuntungan dari televisi seperti, tau lebih banyak informasi, berita dan hiburan. Namun menurut saya kerugian yang dihasilkan oleh televisi jauh lebih dominan terutama dalam mengubah mindset seseorang.

Mengapa saya katakan dominan dalam mengubah mindset seseorang? Saya ambil contoh hiburan yang ada di televisi, kita selalu diberikan tayangan yang menyangkut tentang percintaan, kebohongan, gaya hidup yang mewah, peselingkuhan, dll. Hal-hal tersebut, membuat remaja di Indonesia membayangkan bahwa apa yang ada di televisi itu adalah sesuatu yang nyata. Padahal tidak semuanya nyata, dan bahkan lebih banyak yang mengada-ada.

Remaja jadi ingin berkehidupan seperti apa yang dilihatnya di televisi, anak SMA harus bawa mobil ke sekolah, pulang sekolah jalan ke mall bersama teman-teman, pacaran (didalamnya ada aktifitas yang tidak layak seperti pegangan tangan, pelukan, dan bahkan ciuman), bawa gadget canggih, berkelahi karena hal sepele, meminum minuman keras, rokok, mencontek, bolos, atau bahkan pergi ke clubbing  dan masih banyak lagi.

Awalnya hal-hal semacam itu hanya bisa dilihat di televisi, namun sekarang dapat kita temukan dimana saja dan cukup meresahkan! Di jalan, para pelajar dengan santai menghisap rokoknyapadahak masih mengenakan seragam sekolah, mereka masuk ke dalam mall saat jam sekolah, berpegangan tangan dengan teman sebayanya yang disebutnya pacar, dan berbagai aktifitas yang saya sebutkan diatas. Dan yang menjadi gurunya, tidak lain dan tidak bukan adalah media terutama televisi. Pengaruh guru di sekolah menjadi sangat minim dibandingkan dengan apa yang ada di televisi.

Seperti yang sama-sama telah kita ketahui, bahwa pada usia remaja seseorang sedang mencari jati dirinya, sedang menjadi pengamat lingkungan untuk menentukan arah hidup akan menjadi apa dia nantinya. Sedangkan yang lebih sering mereka amati adalah kehidupan-kehidupan yang ‘hedon’ seperti yang ada di televisi, dan juga orang tua jarang sekali ada yang memberi batasan akan hal itu. Efeknya apa? Untuk jangka pendek, akan mempengaruhi prestasi dan minat pelajar dalam belajar, pelajar akan banyak menuntut fasilitas kepada orang tua yang sebenarnya masih belum dibutuhkan (malah kadang mencontoh tokoh di televisi yang membentak orang tuanya : naudzubillah). Efek jangka panjangnya, membuat anak kecil mencontoh para remaja tersebut, sehingga semakin rusak saja akhlaknya para generasi muda.

Tanpa disadari mindset para remaja akan hal-hal yang dilihat di televisi semakin lama akan semakin terbentuk. Tingkah laku mereka akan lebih banyak yang menyimpang dan rasa malu mereka berkurang, padahal malu bisa membatasi seseorang dalam bertindak loh..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun