Mohon tunggu...
Stephanie Tambunan
Stephanie Tambunan Mohon Tunggu... Lainnya - -

"Berdamai dengan Psoriasis" started out as a Personal Project for the International Baccalaureate Middle Years Programme.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berdamai dengan Psoriasis

16 April 2016   18:49 Diperbarui: 6 Mei 2016   10:06 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Berdamai dengan Psoriasis'Setiap pagi aku bangun tidur, keluar dari kamar – disambut dengan papa duduk santai di sofa ruang tamu, mengolesi segala jenis lotion di bagian siku, lengan dan kakinya. Aku duduk di samping papa, tak sengaja menginjak butiran kulit mati yang ada di lantai.

“Good Morning, paa..”

Sejak kecil, aku tidak pernah melihat kulit papa yang sedikit berbeda ini sebagai sesuatu yang aneh. Akan tetapi, ini berubah ketika aku mulai ditanya dan mendengar komentar keluarga atau teman, tentang bercak-bercak merah yang ada di sekitar lengan dan kaki papa. Sejak saat itulah, aku mulai mencari tahu lebih dalam tentang penyakit Psoriasis, agar mudah menjelaskannya ketika ada yang bertanya-tanya.

Pada tahun 1994, aku belum lahir ketika papa pertama kali menemukan bercak-bercak gatal berwarna merah pada lutut kirinya. Diobati untuk semacam cendawan, bercak-bercak yang sebentuk mulai muncul juga pada bagian siku, dan akhirnya bertambah banyak pada bagian lengan, kaki, punggung, hingga kulit kepala disertai dengan perubahan bentuk kuku dan warna gigi. Tidak lama kemudian, setelah menemui dokter spesialis kulit di RSCM, terungkaplah ternyata papa terkena penyakit Psoriasis.

Pertanyaan yang paling sering muncul adalah apakah penyakit ini menular – dan tentu jawabanku selalu tidak. Walaupun, ada juga faktor genetis yang mengakibatkan Psoriasis dapat diturunkan. Penyakit ini di temukan sejak 133-200 A.D, maka mungkin ada salah satu dari nenek moyangku yang juga terkena Psoriasis. Bentuk psoriasis pada awalnya serupa dengan bercak ketombe yang berwarna merah muda – rasanya gatal, dan akibat pertumbuhan kulit yang berlebihan secara konstan, lama-kelamaan kulit akan menebal dan mengelupas.

Tak hanya berdampak pada penampilan secara fisik, sesungguhnya penyakit Psoriasis ini dapat lebih mempengaruhi seorang pribadi secara psikologis. Ada kalanya juga bahwa seseorang yang terkena penyakit ini menemukan kesulitan untuk berteman atau bersosialisasi. Otomatis ketika melalui transisi perubahan penampilan, pasti muncul rasa insecure atau tidak nyaman pada diri sendiri dan mulailah ada penurunan percaya diri.

Tetapi entah mengapa, ceritanya sedikit berbeda dengan papa. Saat ini berumur 48 tahun, papa adalah living proof pengidap psoriasis dengan kepribadiaannya yang tak berubah – hingga sebenarnya menurutku, papa cenderung over-confident, cerewet dan terkadang pun suka usil. Tak percaya diri, banyak pengidap psoriasis akan sering mencoba menutupi kulit mereka dengan memakai pakaian panjang, tetapi untuk papa, memakai kemeja berlengan pendek atau celana pendek yang menurutnya nyaman bukanlah sebuah masalah. Bahkan sesungguhnya papa tidak punya malu berenang dan berjemur di pantai memamerkan badannya yang ‘sedikit’ montok.

Mungkin karena sikap papa yang mudah riang dan benar-benar tidak menutupi apapun, ada kalanya juga dimana penyakit ini telah menimbulkan beberapa kasus, seperti ketika papa dikeluarkan dari sebuah kolam renang umum atau ketika papa dikeluarkan juga dari pesawat karena dituduh mengidap penyakit herpes cacar yang menular.

Sebenarnya penyakit Psoriasis ini tidak langka, bahkan menurut statistis ditemukan 3% dari populasi dunia mengidap Psoriasis. Akan tetapi, tetap saja Psoriasis belum dikenal dalam kalangan masyarakat. Pada kenyataannya, ada orang-orang di luar sana yang masih menyangkal mengidap Psoriasis, bahkan ada juga pengidap psoriasis yang belum tahu tentang penyakit ini sendiri. Akibat tidak dikenal, banyak orang akhirnya membuat persepsi sendiri tentang Psoriasis. Salah satu contohnya, seperti kisah papa yang dituduh sang pramugari mengidap penyakit ganas yang lain. Seringkali kita tidak sadari, tuduhan-tuduhan tersebut sangat sensitif bagi orang-orang dengan penyakit ini. Para pengidap Psoriasis cenderung tidak suka berbicara tentang penyakit mereka, mereka lebih suka menjalani kehidupan mereka seolah-olah tidak memiliki Psoriasis. Ada masanya mereka akan menyangkal tetapi pada akhirnya mereka dapat mencapai suatu titik di mana mereka harus menerima keadaan.

Psoriasis itu bersifat genetis, akan tetapi akan timbul ketika ada pemicunya. Keadaan-keadaan seperti stress, kurang tidur, mengonsumsi minuman-minuman keras atau rokok yang berlebihan dapat memicu timbulnya bercak-bercak merah penyakit Psoriasis ini. Dan melalui pengamatanku, bercak-bercak merah papa pun cenderung memudar ketika papa dalam mood yang baik.

Ketika aku tanya papa, “Apa sih rahasia menjalani hidup sepenuhnya dengan Psoriasis?”, dan jawabannya: kebahagiaan dan keluarga. Karena sesungguhnya, menurut beliau dukungan dan hubungan baik keluargalah yang tidak akan henti memberikan rasa bahagianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun