Awal Mula
Sistem apartheid di Afrika Selatan bermula ratusan tahun lalu di abad ke-17, ketika Perusahaan Dagang Belanda (VOC) mendarat di Cape Town. Sejarah bergulir hingga akhirnya kekuasaan kolonial berpindah tangan dari VOC ke Inggris. Untuk menjaga kelangsungan kekuasaannya, sebuah sistem diciptakan untuk memastikan warga pribumi Afrika Selatan tunduk sebagai koloni.
Dalam bahasa Trevor, apartheid hanya punya satu tujuan, yaitu menjadikan Afrika Selatan sebagai negara milik kulit putih. Tetapi mereka masih membutuhkan pribumi sebagai pekerja kasar. Untuk itulah sejumlah kebijakan diskriminatif diciptakan.
Pribumi dikumpulkan dan direlokasi ke dalam sebuah pemukiman khusus kulit hitam. Soal pekerjaan, orang kulit hitam hanya boleh bekerja di sektor pekerja kasar. Untuk laki-laki kulit hitam, pilihannya adalah bekerja di pertambangan, pertanian atau pabrik. Untuk perempuan kulit hitam, bekerja di pabrik atau sebagai pembantu.
Uniknya, Trevor dibesarkan oleh seorang ibu kulit hitam yang membiarkan jiwanya bebas, meski secara jasmani ia terjajah. Ada sejumlah bagian dimana Trevor menceritakan sisi keimanan dan determinasi kuat yang dipegang ibunya. Dalam kata-kata Trevor, “My Mom raised me as if there were no limitations on where I could go or what I could do.” Semua itu dilakukannya tanpa tahu bahwa 6 tahun setelah anaknya lahir, sistem apartheid benar-benar berakhir.
Buku ini bukan soal pembeberan fakta sejarah, melainkan sebuah narasi. Di sinilah kebermaknaan buku ini mencapai puncak. Membacanya seolah kita merasakan kejamnya penerapan sistem apartheid pada setiap sendi tubuh kita. Dan saya rasa, memang untuk itulah Trevor menulis buku ini.
Jika Anda lagi bingung-bingung mau membaca buku apa, buku ini bisa menjadi pilihan. Yok! (Christine Setyadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H