Sebelum membahas lebih lanjut penulis akan terlebih dahulu membahas teori yang sangat terkenal seperti pemaparan yang disampaikan diatas yaitu mengenai Utilitarianisme yang juga berkaitan erat dengan topik utama kita yaitu Hedonistic Calculus
Utilitarianisme termasuk yang digagas Bentham adalah bagian dari sistem etika. Secara garis besarnya sistem etika terbagi menjadi dua, yaitu: Teleologis (berorientasi pada tujuan) dan Deontologi (berorientasi pada kewajiban).
Konsep dasar dari Teori Utilitarianisme secara umum sangat sederhana, yaitu bagaimana memaksimalkan manfaat (utility) pada suatu tindakan, sehingga melalui proses tersebut kita bisa menikmati manfaat, keuntungan, kebahagiaan, dan kenikmatan (benefit, advantage, pleasure, good, or happiness). Dari proses memaksimalkan manfaat tersebut, kemudian diharapkan juga untuk dapat mengurangi timbulnya rasa sakit, kejahatan, penderitaan, atau perasaan yang menimbulkan ketidakbahagiaan.
Di dalam bukunya yang fenomenal (terbit tahun 1960) bertajuk Introduction to the Principles of Morals and Legislation, Bentham menegaakan arah dan visi hukum dari perspektif psikologis yang mendalam tentang prinsip utilitarisme. Bentham menulis: “alam telah menempatkan manusia dibawah kekuasaan dua tuan, atara lain yaitu ketidaksenangan dan kesenangan. Apa yang harus kita lakukan dan apa yang akan kita perbuat, semuanya ditujukan dan ditetapkan dalam rangka keduanya. Standar baik dan buruk, serta mata rantai sebab dan akibat, juga terkait erat dengan kedua hal itu. Keduanya memandu kita dalam segala yang kita perbuat, dalam segala yang kita katakan dan pikirkan. Segala usaha yang dapat dilakukan untuk menolak ketaklukan kita terhadap dua kekuasaan itu, hanya akan membuktikan dan menegaskan kebenaran itu”
Menggunakan istilah utilitas atau kemanfaatan, Bentham menegaskan sebuah kebenaran faktual jika setiap orang cenderung untuk menghasilkan keuntungan, faedah, manfaat, kesenangan, kebaikan dan kebahagiaan bagi dirinya. Hal ini berarti setiap orang dalam perilaku cenderung untuk menghindari diri dari situasi kemalangan, rasa sakit, kejahatan, ketidaksenangan, dan ketidakbahagiaan yang menganggu ketenangan pada dirinya.
Dari tulisan Bentham di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan setiap individu dalam hidup layak dilindungi, dipelihara dan dilestarikan. Dari sini muncul the Greatest Happiness Theory dari Bentham yang menegaskan bahwa tujuan tertinggi setiap orang dalam kehidupan ini yakni memperoleh kebahagiaan. Orang tidak mungkin tidak ingin bahagia dalam menghayati ziarah eksistensinya dalam realitas kehidupan ini. Kebahagiaan adalah tujuan tertinggi setiap pribadi manusia.
Jeremy Banthem memiliki beberapa pemikiran penting Bentham juga dapat ditunjukan seperti:
1. Hedonisme kuantitatif
Hedonisme Kuantitatif yaitu ideologi orang orang yang mencari kesenangan secara eksklusif dari perspektif kuantitatif. Kenikmatan bersifat fisik dan berdasar pada sensasi atau rasa.
2. Summun bonum
Summun Bonum yaitu kepentingan materialistik yang berarti kesenangan yang bersifat material dan tidak mengakui kesenangan rohani atau tidak berwujud dan menganggapnya sebagai kesenangan tak nyata.