Mohon tunggu...
Crystal
Crystal Mohon Tunggu... Guru - casual writer

pendidik, mendidik dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tinggal di Luar Negeri, Kita, dan Sistem Sosial

21 Agustus 2020   20:18 Diperbarui: 23 Agustus 2020   07:06 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini saya diwawancari oleh sebuah channel Youtube yang bisa menginspirasi orang muda untuk semakin berkembang. Kali ini saya diwawancari untuk membagikan kisah saya ketika tinggal di Belanda sebagai seorang au-pair. Au-pair adalah 'big sister' bagi anak-anak yang ada di host family.

Prinsp au-pair adalah diperlakukan secara sama dalam sebuah keluarga angkat (host family), bukan seperti pembantu atau nanny.

Pengalaman ini yang akhirnya menjadi ketertarikan dua host kocak dari chanel OMK Suroboyo. Tinggal bersama host family atau keluarga angkat dan menghabiskan waktu bersama anak-anak atau traveling menjadi kisah yang menyenangkan untuk dibagikan. 

Ada pertanyaan menggelitik yang mereka utarakan, yang juga selalu ditanyakan khalayak pada umumnya setelah mengetahui pengalaman tinggal di Belanda, yaitu "Enak yaa tinggal di luar negeri?" Orang selalu berpikir bahwa bisa tinggal di luar negeri itu enak.

Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari tidak ada polusi, udara dingin dan cowok atau cewek yang ganteng dan cantik.

Dan ketika ada seseorang yang memilih untuk kembali ke Indonesia setelah tinggal di luar negeri, pertanyaan yang lazim yaitu "Kenapa ga lanjut tinggal disana aja? Kan enak diluar daripada di Indonesia." Perlu diperhatikan, cerita ini ditulis sebagai pengalaman seorang au-pair bukan foreign student.

Percayalah readers bahwa hidup itu seperti kata orang Jawa bilang 'sawang sinawang'. Di luar tampak baik-baiknya saja tapi semuanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Saya menjawab bahwa "Ya enak tapi ketika kita ingin tinggal di luar negeri for good, pastikan kita layak dan memliki kualitas untuk masuk dalam sosial sistem negara yang kita tinggali." Apa maksud dari pernyataan tersebut?

Sistem sosial adalah sebuah tatanan yang dibangun negara demi menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Pengejewantahan sistem sosial sangatlah luas.

Ketika berbicara tentang Belanda dan sistem sosialnya, maka yang saya maksudkan adalah sistem pajak, asuransi dan pensiun. Hal itu adalah dasar dari kelayakan hidup di Belanda atau negara-negara Eropa barat lainnya. 

Jadi apa maksud dari jawaban saya 'layak dan memiliki kualitas'? Pastikan Anda membayar pajak, memiliki asuransi dan pensiun terencana.

Pajak memastikan pendidikan anak Anda adalah gratis. Asuransi memastikan bahwa jika Anda sakit, Anda bisa pergi ke klinik terdekat di mana Anda terdaftar dan mendapatkan perawatan yang layak. Pensiun memastikan bahwa anda dapat hidup dengan tenang meski sudah tidak bekerja.

Karena jika ketiganya tidak terpenuhi, Anda akan luput dan terlantar dari sistem yang terstruktur ini. Lantas bagaimana caranya untuk mengamankan tiga hal tersebut sebagai seorang migran?

Menilik dari beberapa orang yang saya kenal ketika tinggal di luar negeri, beberapa dari mereka memilih untuk menikahi bule sebagai jalan pintas untuk bisa tinggal di luar negeri.

Para suami inilah yang menjadi supporter atau penjamin dari orang-orang yang saya kenal. Sementara mereka memilih untuk menjadi blue collar worker bekerja sebagai cleaning lady atau nanny.

Sebagai informasi, pekerjaan ini tentunya pekerjaan lepas, tanpa kontrak dan dipekerjakan oleh orang yang membutuhkan dalam waktu-waktu tertentu.

Bayarannya pun terhitung per-jam. Jadi, making money is a matter of how hard you wanna work on yourself. Semakin lama bekerja, semakin banyak uang yang didapat, begitu juga sebaliknya.

Saya kenal seseorang yang memilih jalan ini dengan keadaan yang kurang enak untuk didengar. Boleh dikata dia menjadi seorang ilegal. Keseharian dan mobilisasinya diwarnai dengan lari dari satu gerbong kereta ke gerbong lainnya dan menghindari petugas kereta karena mereka tidak memiliki kartu identitas dan tidak membayar tiket.

Lain orang, lain cerita. Beberapa teman lain ketika sudah tinggal (samenwonen) dengan pasangan mereka  memilih untuk belajar bahasa Belanda dan mengambil tes kemahiran bahasa sebagai syarat resmi dari pemerintah bagi migran terdaftar.

Hasil tes adalah resmi dan diakui oleh negara sehingga hasilnya pun bisa digunakan untuk melamar pekerjaan yang layak.

Hal ini tentunya menjadi salah satu nilai plus sebagai seorang migran. Ada yang bekerja sebagai tour guide di kapal-kapal yang melintasi kanal Amsterdam, ada juga yang bekerja sebagai pegawai di kantor pos. Perlahan tapi pasti mereka membangun hidup. 

Di sisi lain, ada peribahasa mengatakan 'Susah di negara orang, lebih baik susah di negara sendiri.' Ini lah yang saya tambahkan sebagai jawaban ketika ditanyai tentang apakah enak tinggal di luar negeri.

Pilihan kembali ke masing-masing Anda. Jika Anda kuat susah dan mempu memberdayakan diri Anda sedemikian rupa, lakukan apa yang membuat Anda bahagia dan usahakan segala sesuatunya.

Tapi jika Anda hanya memandang 'hidup di luar negeri enak karena A, B dan C' mungkin tulisan ini bisa memberi sedikit informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun