Mohon tunggu...
Crystal
Crystal Mohon Tunggu... Guru - casual writer

pendidik, mendidik dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Apa dari Austria?

28 Mei 2016   22:02 Diperbarui: 28 Mei 2016   23:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang terlintas di pikiran anda ketika mendengar kata Austria? Praktis bagi mereka yang tidak mengerti benar negara ini, tidak ada yang spesial dari negara ini. Jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, Austria cenderung tidak bergaung. Jika pun orang mendatangi Eropa, maka Austria sudah berada dalam urutan kesekian setelah Perancis, Inggris, Belanda atau Jerman. Perancis yang terkenal dengan menara Eiffelnya, Inggris yang terkenal dengan pesona monarkinya, Belanda yang terkenal dengan rumah susun, kanal atau tulipnya dan Jerman yang terkenal sebagai salah satu adidaya di dunia. Tak ada yang sebegitu menonjol dari negara yang melahirkan Hitler ini dan terkenal denga fasisme-nya. Tapi sejenak mari kita menelisik ada apa dari Austria? 

Foto ini diambil di sebuah transportasi umum emtro (u-bahn) di Austria. Yang menarik dari foto ini adalah orang-orang sibuk dengan sesuatu di tangan mereka. Tidak lain dan tidak bukan adalah sesuatu yang dibaca. Sontak hal ini membuat saya kagum karena pemandangan ini tidak hanya terjadi di satu metro saja tapi hampir setiap metro yang saya naiki rata-rata penuh dengan orang yang membaca sesuatu. Bukan, ini bukan membaca sesuatu digital di cellphone, tablet atau alat eletronik lainnya, tapi mereka membaca hardcopy printed. Jika meninjau dari segi efisiensi kertas dan ramah lingkungan tentunya hal ini akan menjadi topik lain, tapi mari melihat budaya membacanya. 

Ketika saya berpindah tempat selama di Austria, orang-orang berada dalam peak hour (jam sibuk) di pagi dan sore hari, tapi mereka sempat membaca di sela-sela jam sibuk mereka. Memang orang menjadi sangat reserved dengan dunianya sendiri tapi dengan membaca kita percaya bahwa orang sedang memperkaya dirinya sendiri. Sebuah studi juga menyebutkan bahwa membaca sesuatu printed lebih lama diingat otak daripada membaca sesuatu yang digital karena otak kita menyerap lebih baik dari objek yang memiliki fungsi tujuan tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti contohnya surat kabar dan buku ketimbang membaca berita di cellphone atau Kindle. 

Satu yang bisa kita contoh, apakah budaya membaca kita sudah cukup berkembang dari tahun ke tahun? Apakah membaca bagi kita adalah cukup membaca sesuatu dari telepon genggam yang sudah cukup mewakili banyak fungsi? Apakah kita cukup meluangkan waktu di tengah jam-jam sibuk kita untuk memperkaya atau memperluas wawasan kita dengan membaca? Mungkin kita tak perlu se-ekstrim pemandangan di foto tersebut tapi membaca untuk menyerap sesuatu dan pengetahuan yang baru setiap harinya tentunya tak pernah salah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun