Pilihan politik bisa berubah, pilihan iman pun bisa berubah, tapi kita tahu dimana diantara keduanya yang berubah perlu perenungan dan waktu yang panjang  dalam diri kita
Pada saat kita menyatukan pilihan iman dan politik, maka salah satunya akan terkunci dan karena yang perlu perenungan dan waktu yang panjang adalah pilihan iman maka pilihan politik kita yang terkunci
Kenapa saya memisahkan pilihan iman dan politik (agama masuk dalam politik) karena saya tidak mau pilihan politik saya terkunci cukup pilihan iman saya
Dan bagi yang menyatukan pilihan politok dengan pilihan iman, terus kalau ternyata setelah ditimang2 pilihan politiknya ternyata harus berubah apakah berarti menghianati pilihan iman ?
Dulu yang "seiman" tapi beda pilihan politik sering disebut munafik dan bagi yang menyatukan pilihan iman dan politik  kalau berubah pilihan politik maka pilihannya adalah golput atau ikutan menjadi munafik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H