Mohon tunggu...
crylandia nevanda
crylandia nevanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jenderal Soedirman

Preclinical student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Media Sosial: Pisau Bermata Dua di Era Digital

21 Desember 2024   10:40 Diperbarui: 21 Desember 2024   11:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial adalah sesuatu yang menunjukkan betapa ironisnya kehidupan masyarakat. Kehadiran media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi dan menjalani kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, media sosial menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial melalui akses informasi, dukungan emosional, dan peluang kolaborasi. Namun, sisi gelapnya tak dapat diabaikan: tekanan sosial, kecanduan layar, dan disinformasi dapat membahayakan kesejahteraan. Dalam artikel ini, akan dibahas bagaimana media sosial menjadi pisau bermata dua bagi kesehatan manusia di era digital, melalui tulisan ini kami menyangkal pernyataan aktif menggunakan media sosial meningkatkan taraf kesehatan bagi masyarakat. 

Media sosial memiliki potensi untuk memberikan dampak positif terhadap kesehatan. Pertama, dampak positif yang dapat dirasakan bagi kesehatan fisik seperti yang kita lihat saat ini banyak pengguna media sosial yang memberikan informasi dan tips kesehatan melalui akun media sosialnya seperti melalui Instagram, TikTok, dan platform online lainnya. Hal tersebut dapat membantu seseorang untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan. Konsultasi kesehatan online dengan profesional medis juga saat ini dapat diakses dengan mudah melalui media sosial. Misalnya Halodoc, Alodokter, KlikDokter, dan lain sebagainya.

Kedua, dampak positif media sosial terhadap kesehatan mental diantaranya adanya kelompok dukungan online untuk berbagai kondisi kesehatan mental seperti forum SehatMental.id dan Into The Light Indonesia. Media sosial bisa menjadi tempat pelarian bagi individu yang mengalami tekanan mental. Misalnya, bagi mereka yang hobi menonton drama atau film, menonton dapat membantu menurunkan tingkat stres dan meningkatkan suasana hati. Penelitian yang dilakukan oleh Laily dan Diany tentang hubungan antara intensitas menonton drama Korea dengan suasana hati mahasiswa menunjukkan bahwa menonton drama dapat membantu mengurangi stres.

Ketiga, dampak positif media sosial terhadap kesehatan sosial yaitu perannya yang sangat penting dalam menjaga hubungan sosial dan membangun relasi. Media sosial memungkinkan individu untuk tetap terhubung dengan orang terdekat, meskipun berjauhan. Misalnya dalam Instagram, Twitter, Facebook kita bisa berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara. Meskipun banyak dampak positif yang dapat dirasakan, media sosial juga memberikan dampak negatif seiring perkembangannya. 

Dampak penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan. Banyaknya waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mempengaruhi gaya hidup. Individu mungkin menjadi malas untuk melakukan aktivitas fisik, yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan. Kesehatan mata bisa terganggu karena paparan layar yang berlebihan. Dampak pada kesehatan mental juga sangat terasa pada era perkembangan saat ini. Penggunaan berlebihan akan menyebabkan dampak sebaliknya dimana motivasi seseorang akan mengalami penurunan akibat efek candu yang muncul serta keterlibatan dalam peran sosial pada kehidupan nyata yang sudah mulai terasa sangat pudar terutama pada generasi muda di era saat ini. Fadia, dkk,. dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Cyberbullying di Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental mengatakan keberadaan media sosial memberikan peluang besar bagi pengguna untuk berkomentar buruk dan berdampak pada kondisi psikologis dan kejiwaan korban. 

Selain itu, meski media sosial memfasilitasi koneksi, seringkali interaksi yang terjadi lebih dangkal dan berisiko menimbulkan isolasi atau konflik sosial. Tingginya angka penggunaan serta tingkat kecanduan terutama pada kalangan remaja terhadap media sosial menunjukan adanya hambatan proses pengembangan diri jika kebijakan penggunaan platform media sosial tidak digunakan dengan cara yang benar. (Septiana, 2021). Cyberbully misalnya, cyberbully menjadi salah satu produk dari ketidakbijakan dalam penggunaan platform media sosial yang paling umum dijumpai, pada dasarnya berkembang pesatnya teknologi saat ini menjadi celah besar yang perlu diselesaikan, perbedaan budaya, taraf ekonomi, taraf pendidikan menjadi kunci akan dibawa kearah mana perkembangan media terutama untuk kegunaan dari media sosial di era saat ini. (Al Yasin et al., 2022). Perilaku konsumtif dan destruktif yang muncul karena tuntutan sosial pada pengguna platform media online dengan adanya fenomena "FOMO" atau Fear of missing out yang muncul akibat maraknya penggunaan suatu hal sehingga menyebabkan rasa keharusan untuk hal yang sedang menjadi trend.

Melihat dari begitu meresahkannya dampak negatif dari media sosial, kita perlu memaksimalkan manfaat media sosial sekaligus meminimalkan dampak negatifnya. Dibutuhkan pendekatan yang bijak dalam penggunaannya. Salah satunya adalah dengan menetapkan batas waktu untuk menggunakan media sosial, agar tidak mengganggu aktivitas fisik atau tidur yang sehat. Pengguna juga perlu lebih selektif dalam memilih konten yang dilihat dan dibagikan, serta memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya untuk menghindari hoax. Dengan adanya proses filterisasi serta pembentukan kebijakan tentang fitur pembatasan penggunaan media sosial dan pencerdasan pada masyarakat adalah hal yang perlu digemparkan diupayakan oleh kita sebagai generasi penerus bangsa.

Meskipun menawarkan banyak manfaat, penggunaan yang berlebihan juga dapat menimbulkan masalah. Media sosial akan menjadi alat yang berharga jika digunakan dengan bijak. Pengguna perlu membatasi waktu penggunaan media sosial dan menyadari dampak yang dapat ditimbulkan. Dengan demikian, manfaat positif dari media sosial dapat dimaksimalkan sementara risiko negatifnya dapat diminimalkan.



REFERENSI

Baiti, L. N., & Syafitri, D. U. (2021). Hubungan antara Intensitas Menonton Drama Korea dengan Suasana Hati Mahasiswa. Psisula: Prosiding Berkala Psikologi, 3, 143 152. 

Septiana, N. Z. (2021). Dampak peggunaan media Sosial Terhadap kesehatan mental Dan Kesejahteraan sosial remaja dimasa pandemi covid-19. Nusantara of Research : Jurnal Hasil-Hasil Penelitian Universitas Nusantara PGRI Kediri, 8(1), 1–13. doi:10.29407/nor.v8i1.15632 

Yasin, R. A., Anjani, R. R., Salsabil, S., Rahmayanti, T., & Amalia, R. (2022). Pengaruh Sosial Media terhadap kesehatan mental Dan FISIK REMAJA: A systematic review. Jurnal Kesehatan Tambusai, 3(2), 83 90. doi:10.31004/jkt.v3i2.4402 

Yulieta, F. T., Syafira, H. N. A., Alkautsar, M. H., Maharani, S., & Audrey, V. (2021). Pengaruh cyberbullying di media sosial terhadap kesehatan mental. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 1(8), 257-263.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun