Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca 'Panji' yang Kian 'Koming' di Kompas Minggu

16 Maret 2015   10:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:35 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa sadar, sepertinya saya memiliki ketertarikan tersendiri pada kartun ini. Sudah 2 kali saya menulis mengenai kartun di Kompas Minggu, yang pertama mengenai arah politik keberpihakan Kompas yang yang ternyata tak selalu sejalan dengan kartun-kartun yang ditampilkan. Kemudian yang kedua mengenai ketiadaan kartun Panji Koming pada Kompas Minggu 1 Maret 2015, yang berdasarkan sudzon saya karena isi kartun yang ditampilkannya. Terlebih saat itu tidak ada pemberitahuan apapun mengenai absennya kartun yang rutin tayang tiap minggu itu. Namun demikian, prasangka saya tersebut sepertinya tidak berdasar karena minggu berikutnya (minggu lalu), kartun tersebut tayang kembali dengan isi yang cukup menggigit. Sayang saya tidak sempat mengcapture isi kartun tersebut.

Kali ini, untuk ketiga kalinya saya tergelitik untuk kembali menulis mengenai Panji Koming, karena menurut saya, kritik yang disampaikan oleh Panji Koming kali ini sungguh keras dan lugas. Kita dapat menyimaknya dalam gambar berikut:

[caption id="attachment_373228" align="aligncenter" width="411" caption="Panji Koming Kompas Minggu, 15 Maret 2015"][/caption]

Ada beberapa pesan yang disampaikan dalam kartun tersebut, yaitu:

1. Ketidakjelasan arah langkah. Sebagai kusir kereta, pemimpin kita sepertinya tidak memiliki arah langkah yang jelas mau kemana 'gerobag' akan dibawa.

2. Ketidaktegasan dan tidak memiliki wibawa. 'Sebagai pemimpin, jaga wibawamu," kata kakek dalam kartun itu, yang merujuk pada keharusan seorang pemimpin memiliki keberanian dan wibawa menghadapi permasalahan, tidak malahan ngumpet dan bersembunyi.

3. Janji dan hanya janji. "Kau ini pengendali kereta atau cuma tukang janji yang tidak berarti?" begitu kembali kakek tua itu bertanya dan memperingatkan. Dan pada saat penutup, si kakek tua kembali mengingatkan dengan keras: "Semua orang kau beri janji, sekarang kau tak punya nyali."

Saya sungguh sepakat dengan isi Panji Koming tersebut, sekaligus merevisi pandangan saya mengenai kartun ini yang hanya seperti gumaman seseorang yang tidak jelas dan tidak memiliki daya ledak. Panji Koming edisi Minggu kemarin begitu menohok, dan semestinya membuat kita semua mawas diri dan menilai dengan jernih seperti apa pemimpin kita saat ini.

Bangun, jangan terus bermimpi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun