Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Kabar Nawacita?

9 Maret 2015   00:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:58 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu saya menayangkan tulisan yang menyoal langkah-langkah presiden Jokowi yang sepertinya terlalu teknis dan tidak memiliki visi dan konsep yang terarah (ini tulisannya). Ada  salah satu penanggap yang menulis (sepertinya) dengan nada ketus: belum baca Nawacita? Sejujurnya saya memang belum membaca dokumen itu, walaupun sering sekali mendengarnya. Ada satu kemalasan membaca dengan rinci dokumen yang disampaikan calon pada masa kampanye, karena sepertinya tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan calon lainnya, dan biasanya hanya menyampaikan janji-janji manis belaka. Maafkan saya.

Belakangan, saya tertarik untuk membaca dengan lebih rinci dokumen itu, karena adanya meme puisi Imam B. Prasodjo yang diunggah seorang teman, sebagaimana gambar berikut:

[caption id="attachment_372075" align="aligncenter" width="300" caption="Puisi Imam B Prasodjo dan salah satu butir Nawacita"][/caption]

Meme tersebut dengan frontal menentangkan kondisi saat ini dengan janji-janji kampanye Jokowi - JK. Tulisan ini tidak akan mempertentangkan lebih jauh janji-janji dalam Nawacita dengan kondisi sekarang, karena saya tidak memiliki data yang lengkap untuk melakukan evaluasi. Kalaupun ada, hanya bersumber dari data sekunder dan kualitatif, yang sangat mudah menimbulkan perdebatan tanpa ujung. Karena itu, biarlah itu menjadi tugas Pak Luhut yang diserahi tugas mengevaluasi menteri-menteri, mungkin serupa Pak Koentoro pada masa SBY dulu dengan UKP4nya.

Penasaran dengan isi rinci dari Nawacita, akhirnya saya menemukannya di sini, dalam format pdf yang cukup besar, sekitar 5 Mb, berisi ringkasan atau bahan paparan mengenai Nawacita. Saya tidak tahu apakah ada dokumen yang lebih rinci semacam naskah akademis yang menguraikan lebih lanjut dokumen ringkas tersebut. Saya cukup mengapresiasi dokumen tersebut, yang telah cukup lengkap menguraikan apa yang dalam bahasa tim kampanye Jokowi - JK disebut sebagai 'Visi, Misi dan Program Aksi, Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian'. Disebutkan dalam dokumen tersebut, visi yang dimiliki adalah 'Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong'. Visi tersebut selanjutnya diuraikan dalam misi yang mencakup:

[caption id="attachment_372079" align="aligncenter" width="300" caption="Misi Nawacita"]

14258358042128643319
14258358042128643319
[/caption]

Satu nafas yang terasa dalam dokumen ini adalah ingin memperbaiki kondisi sebelumnya yang dinilai banyak masalah, melalui apa yang disebut dengan Jalan Perubahan, sebagaimana skema berikut:

[caption id="attachment_372080" align="aligncenter" width="505" caption="Langkah Perubahan"]

1425835842852333271
1425835842852333271
[/caption]

Dapat dilihat dalam dokumen tersebut, ada 3 aspek yang disoroti dari pemerintah sebelumnya, yaitu merosotnya kewibawaan negara, melemahnya perekonomian dan intoleransi dan krisis kepribadian. Ketiga masalah tersebut diatasi dengan 3 langkah besar, yaitu negara bekerja, kemandirian yang mensejahterakan dan revoluasi mental. Ketiga langkah besar tersebut diuraikan lagi dalam 9 langkah, masing-masing adalah:

[caption id="attachment_372081" align="aligncenter" width="300" caption="9 Langkah Perubahan"]

14258358901693568711
14258358901693568711
[/caption]

Semula, saya mengira ke 9 langkah inilah Nawacita, namun ternyata saya salah, karena dalam uraian berikutnya, Nawacita yang dimaksud adalah sebagai berikut:

[caption id="attachment_372082" align="aligncenter" width="300" caption="Isi Nawacita"]

1425835942779149492
1425835942779149492
[/caption]

Dapat dilihat bahwa dalam rincian tidak secara eksplisit menguraikan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan Daulat Pangan, Daulat Energi, Ekonomi Maritim dan Emansipasi. Malahan dalam Nawacita tercantum cita-cita yang masih cukup abstrak dan umum, misalnya meningkatkan kualitas hidup manusia dan melakukan revolusi karakter bangsa. Apa yang dimaksud dengan kedua cita-cita tersebut?

Ketika ditinjau lebih lanjut, cita-cita Meningkatkan Kualitas Hidup dilakukan dengan langkah prioritas:

[caption id="attachment_372083" align="aligncenter" width="300" caption="Prioritas 5"]

14258359791976199220
14258359791976199220
[/caption]

Langkah prioritas tersebut terlihat tumpang tindih dengan langkah pencapaian cita-cita nomor 6 (produktifitas) dan nomor 7 (bidang ekonomi), juga nomor 8 (revolusi karakter bangsa). Dapat dipahami adanya tumpang tindih ini, karena tataran konseptual yang berbeda (tidakl apple to apple) dibandingkan dengan butir lainnya.

Butir selanjutnya yang patut disoroti adalah cita-cita ke 6, yang akan dicapai dengan:

Dapat dilihat betapa kuantitatif dan terukurnya target-target yang dijanjikan oleh Jokowi JK pada masa kampanye. Sayangnya, target tersebut tidak semuanya realistis, seperti misalnya target membangun 5000 pasar tradisional, yang berarti membangun 1000 pasar per tahun, atau 3 pasar per hari. Dapat dibayangkan betapa beratnya tugas Jokowi JK untuk merealisasikan janji yang ini :)

Yang menghibur adalah fakta bahwa dokumen ini bukan dokumen resmi perencanaan pembangunan pemerintah, karena dokumen resmi yang diacu melalui Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dalam lingkup tahunan. Dokumen Nawacita seharusnya dapat memperkaya dokumen perencanaan yang telah tersusun sebelumnya, terutama RPJP 2004  - 2025 dan RPJM Naskah Teknokratik yang disiapkan oleh Pemerintahan SBY sebagai bekal pemerintahan berikutnya bekerja.

Kita berharap dokumen perencanaan tersebut dapat segera tersusun dan menjadi arah yang jelas bagi pemerintah melangkah. Harapannya, kekhawatiran bahwa pemerintah akan berjalan tanpa arah dapat terhapus dengan adanya dokumen perencanaan yang jelas. Tetapi mungkinkah, dengan carut-marut praktik pemerintahan yang terjadi saat ini semua akan terwujud? Ya. semoga saja...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun