Setiap malam, ketika mencari acara yang menarik di TV mau tidak mau harus melewati beberapa channel yang sungguh membikin miris hati. Bagaimana tidak, hampir setiap hari selalu ada ajang pencarian bakat yang ditayangkan secara jor-joran, mungkin dari sore sampai tengah malam. Ada beberapa hal yang menurut saya menjadikan acara-acara tersebut patut dirating sebagai acara tidak layak tonton bagi baik bagi anak-anak maupun dewasa.
Pertama, acara tersebut menyita waktu sedemikian lama, yang sungguh tidak produktif bagi banyak orang untuk mengikuti acara tersebut dari awal hingga selesai. Dapat dibayangkan bagi orang-orang yang datang pada acara tersebut, harus mengikuti acara yang berjam-jam, belum lagi persiapannya, yang sangat mungkin harus meninggalkan kegiatan yang lebih penting dan bermanfaat bagi hidup kesehariannya. Apalagi banyak dari ajang pencarian bakat tersebut yang diikuti oleh masyarakat kecil yang tentunya sangat terbatas anggaran yang dimiliki. Ada banyak contoh mereka yang mempertaruhkan begitu banyak hal untuk menyukseskan keluarganya yang menjadi kontestan, yang akhirnya belakangan harus menanggung hutang yang cukup banyak di kemudian hari. Bagi para penonton, walaupun mungkin dapat diselingi kegiatan lain, rentang waktu penayangan yang sangat lama tersebut dapat mengurangi konsentrasi, baik untuk belajar, bekerja maupun menjalankan tugas-tugas rumah tangga keseharian.
Kedua, tidak ada unsur pendidikan karakter yang mendidik dari acara tersebut. Saya tidak mengerti apa sebenarnya titik berat dari acara-acara tersebut, namun yang sepanjang saya lihat hanyalah pencarian bakat yang sangat mengagungkan hal-hal artifisial, seperti suara, dandanan, riasan dan hal-hal tampak luar lainnya. Mungkin ada sedikit pendidikan mengenai perjuangan dan kerja keras dari para kontestan, namun masalahnya hal tersebut malahan menunjukkan seolah bahwa dunia hiburan adalah segalanya. Tidak dapat diharapkan acara tersebut memberikan pemahaman secara proporsional bahwa hiburan seharusnya ditempatkan sebagai hiburan, bukan hidup mati seseorang. Ketika paham tersebut dianut, jamak dilihat ketika seorang kontestan mengucap syukur ketika dipuji oleh komentator dan menangis tersedu-sedu ketika harus meninggalkan ajang tersebut.
Ketiga, adanya guyon-guyon yang seringkali kelewatan dan tidak proporsional yang dilontarkan oleh para presenter yang biasanya berombongan. Hal ini sebenarnya bukan hanya khusus untuk acara pencarian bakat, namun juga berbagai acara musik, tari dan lawak yang seringkali hanya berisi tentang saling ejek, saling cela tanpa satu nilai pendidikan sedikitpun. Untuk aspek ini saya mengkategorikan acara-acara tersebut sebagai acara sampah yang seharusnya dibuang jauh dari layar kaca yang ditonton keluarga.
Bagaimanapun, tidak dapat dipungkiri, bahwa dunia hiburan sangat mungkin merupakan dunia yang menghidupi sebagian dari mereka, sehingga mereka mempertaruhkan banyak hal agar dapat masuk dan hidup dalam dunia tersebut. Namun seharusnya upaya tersebut tidak dilakukan dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan seperti etika kesantunan, saling menghormati dan menghargai terhadap sesama. Canda boleh, tetapi ada batasnya. Jangan sampai apa yang seharusnya hanya sebagai tontonan, akhirnya menjadi tuntunan yang ditiru oleh berjuta anak yang menontonnya. Sayang sekali kalau generasi saat ini yang banyak dididik oleh TV akan tumbuh menjadi generasi yang banal dan dangkal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H