Tiga mantan ketua KPK ini telah menorehkan tinta pemberantasan korupsi di di negeri ini dengan prestasi masing-masing. Ruki relatif datar dalam prestasi, Antasari relatif fenomenal dengan gayanya yang kalem dan kehati-hatiannya, meskipun akhirnya terjatuh karena wanita (entah karena dikriminalisasi atau tidak), dan Abraham Samad yang tegas walau kadang-kadang sinis.
Saya merasa bahwa pada era Antasari Asharlah KPK mulai dikenal publik secara luas dan berwibawa. Pada saat Abraham samad memimpin justru KPK banyak melakukan senitronisasi kasus yang kerapkali mengundang decak kagum publik bukan karena kehebatannya, hanya karena yang ketua yang sering over acting ketika mengumumkan seseorang menjadi tersangka. Hal ini sangat kontradiksi dengan gaya Antasari ketika menetapkan seseorang menjadi tersangka.
Kesisnisan AS dan BW ketika mengumumkan BG sebagai tersangka sangat menyakiti hati BG secara pribadi dan POLRI secara institusi. Gaya cengengesan AS dan BW sangat menyayat hati BW. Begitu juga ketika menetapkan AU dulu. Ketika AU beberapa kali belum mau hadir dalam panggilan penyidik, AS dengan gaya "preman" dengan menuding telunjuk ke atas akan memanggil paksa sungguh sangat tidak "elok" sebagai seorang penegak hukum, meskipun dengar-dengar AS pernah memelas sama AU untuk cari dukungan. Tapi kini, tidak terlalu lama rupanya AS justru "kualat" dengan AU. Dan dia sendiri mangkir dari panggilan Polisi.
Dunia memang seperti ini rupanya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H