"Tiga Tahun, Pak." Jawabku singkat. "Sudah guru tetap, ya?" "Belum." Jawabku sekenanya. Beliau mengerutkan keningnya dan melanjutkan pertanyaan, "Sudah tiga tahun kok, tidak diangkat tetap, kenapa?" tanya beliau. Saya hanya menjawab, "Tidak tahu, Pak!" tanya saja Bapak kepala sekolah, apa masalahnya saya juga tidak tahu.
      Jika digunakan istilah kebetulan kurang tepat, izinkan saya tuliskan hanya  waktu Tuhanlah maka segala rancangan manusia boleh terjadi. Siang itu, kapan tanggal dan harinya saya sudah tidak ingat lagi. Yang jelas dengan wajah tidak senang, kepala sekolah membawa secarik kertas dan berkata singkat, "Pak, ini SK Capeg dari yayasan sudah turun.Â
"Ya, Pak. Terima kasih." jawabku singkat pula, sambil menandatangani SK Calon Pegawai Tetap (capeg). Penulis, tidak tahu alur ceritanya bagaimana dan mengapa ada Surat Keputusan  tiba-tiba turun. Saya sempat ngobrol pada sahabat saya tentang SK tersebut, dia  berkomentar mungkin ditegur yayasan. Penulis tidak membuat kisah ini lebih panjang lagi, yang jelas setelah saya menerima SK capeg tiga bulan selanjutnya terjadi perubahan besar-besaran. Yang pasti semua terjadi karena rencana Tuhan.
Setelah status kepegawaian jelas, pada tahun 1997 penulis melanjutkan sekolah dari D3 Bahasa Indonesia ke Program S1 di Universitas Pakuan Bogor dan selesai tahun 1999 di wisuda menjelang pelantikan Ibu Megawati menjadi Presiden ke-4. Setelah menyelesaikan program S-1 selama dua tahun, Tuhan mengizinkan saya untuk menjadi pendamping kepala sekolah di SMP, setelah saya menyelesaikan S1 tahun 1999 saya dimutasikan ke SMA Penabur Bogor dan masih diberi kepercayaan mendampingi kepala sekolah di SMA.Â
Kisah perubahan selanjutnya, tahun 2003 saya mengundurkan diri dari Penabur Bogor mohon izin melanjutkan pekerjaan ke BPK Penabur Jakarta tepatnya di SMAK 3 Penabur Jakarta. Dari sinilah saya bagikan kisah perubahan yang kedua yang secara tidak langsung berdampak bagi orang lain (siswa)
Â
Proses dan hasil  belajar mengajar di sekolah, bukanlah jaminan kesuksesan seorang siswa  karena masa depan siswa sepenuhnya merupakan otoritas Tuhan.Â
Penulis meyakini bahwa cara Tuhan mengubah kedewasaan dalam kita berpikir dan bersikap melalui banyak cara. Bahkan, terkadang kita tidak menyadari hal tersebut. Perubahan kearah kedewasaan yang saya alami di kali kedua melalui saran teman di kantor serta realitas yang sering terjadi di lapangan setelah alumni sudah menjadi 'orang' dan kembali ke sekolah.Â
Setelah beberapa siswa kembali ke sekolah dan telah menjadi 'orang sukses' maka kita akan menengok kembali lembaran-lembaran masa lalu ketika siswa tersebut duduk di bangku sekolah. Terkadang kita tidak menyangka bahkan tidak percaya bahwa siswa dahulu (maaf memberi label, sekadar contoh saja) 'pendekar tidur' karena kalau belajar banyak tidurnya daripada serius, sekarang menjadi seorang pilot.
Adakah yang menyangka jika dahulu seorang siswa yang sederhana dan biasa saja sekarang sudah menjadi seorang ketua partai. Siapa yang tidak kenal Ibu Grace Natalie ketua PSI. Kedua contoh alumnus SMAK 3 yang penulis sebut barulah sebagian dari banyak siswa yang sukses. Â
Disadari atau tidak, langsung atau tidak langsung Tuhan memakai kita dalam kurun waktu yang hanya terbatas 3 tahun, membentuk kepribadian seseorang yang dahulu pendiam, pemalu, tidak aktif sekarang menjadi seorang pilot atau ketua partai. Akankah kita menepuk dada?Â