Mohon tunggu...
Cris Topan
Cris Topan Mohon Tunggu... profesional -

Jujur berkata, tulus dan ikhlas bertindak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamatkan Budaya Melayu Yang Menyelamatkan

26 April 2014   20:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:10 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kota Batam adalah tanah Bangsa Melayu, kita semua tahu itu. Sering kita mendengar orang bilang "Adat Melayu bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah". Sebuah ungkapan yang sangat luar biasa, tegas dan dalam maknanya. Tapi, masih relevan-kah ungkapan tersebut dikehidupan kita sehari-hari di tanah Bangsa Melayu ini, hari ini?

Kita harus jujur, hari ini yang tampak di wajah Kota Batam yang merupakan bagian wilayah Negeri Melayu, justru sebaliknya. Di sini, di Batam, dapat dengan mudah kita menjumpai tempat hiburan dengan beragam kemaksiatan. Pelacuran, narkotika dan minuman keras, bisa kita dapatkan dengan mudah. Di beberapa pusat perbelanjaan, kita bisa melihat dengan jelas pengunjung berpakaian sexy dan saudara kita yang menjadi pekerja di sana, diwajibkan mengenakan pakaian mengumbar aurat kemana-mana jika diukur dengan nilai-nilai dan norma Bangsa Melayu yang Islami. Kemudian ditambah lagi dengan perilaku menyimpang yang sudah semakin menjadi-jadi, seperti kekerasan dalam rumah tangga, ayah memperkosa anak kandungnya, guru mencabuli muridnya, pengemis dengan beragam usia dan modus, kelompok anak jalanan yang menelantarkan diri, komunitas punk dengan berbagai perilaku negatif-nya, dan berbagai hal lainnya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma Bangsa Melayu, Justru berkembang subur dan seakan menjadi hal lumrah di Negeri Melayu ini.

Pertanyaannya . . .

Ada apa dengan Bangsa Melayu?

Dimana mereka, tuan rumah Negeri tempat kita berpijak hari ini?

Mana Adat Melayu yang katanya Bersendikan Syara' dan Syara' yang Bersendikan Kitabullah?

Mungkin masih ada, dan kami berkeyakinan, mereka (baca : Bangsa Melayu) masih ada dan bertahta di Negerinya ini. Hanya saja mereka masih malu-malu untuk hidup dengan mengutamakan Adat dan Syara'-nya. Sebagian besar pemimpin Negeri kita ini masih bergaya WOLES alias SELOW, masih belum menggunakan kemampuan kepemimpinan yang sebenarnya dari yang mereka miliki. Sehingga problematika sosial di lingkungan kita semakin memburuk. Mungkin nanti, suatu ketika nanti akan ada pemimpin Negeri Melayu yang berani bersuara dan mengajak rakyatnya untuk berubah, untuk hidup dengan berdasarkan adat-budayanya.

Kami tahu, Bangsa Melayu adalah Bangsa yang kuat, dan Islam-pun takkan tercela dengan realita sosial buruk seperti yang kami ungkapkan diatas. Justru problematika sosial dan keburukan-keburukan seperti itu, akan dijadikan tantangan yang memotivasi bagi generasi muda Bangsa Melayu dan Ummat Islam kedepan, mereka akan memperlihatkan diri dengan jati-diri sebenarnya yang kokoh, mereka akan memberikan keteladanan dengan karakter bangsanya dan didikan orangtuanya yang madani. Mereka akan memperlihatkan betapa eloknya hidup dengan Adat Melayu yang Bersendikan Syara', yaitu Syara' yang Bersendikan Kitabullah.

Mungkinkah?

Mungkinkah hal itu dapat terwujud?

Tentu saja!!

Asalkan, mulai dengan saat ini, kita semua mau jujur dan menerima jati-diri kita dengan ikhlas. Tidak lagi berlama-lama mengenakan topeng fatamorgana yang membuai. Kita harus berani tegas pada diri kita sendiri, harus segera berubah dari keburukan yang pernah kita lakukan sebelumnya, berubah dengan sebenar-benarnya, bukan sekedar omongan menggugah yang di elok-elokkan di hadapan orang lain. Bukan pula perilaku munafik agar tampak hebat dimata orang lain. Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tetapi alangkah lebih hinanya jika kita sadar sedang berada dalam kesalahan, tapi tidak terbersit niat untuk melakukan perubahan. Mari beramai-ramai kita kembali ke jalan yang benar.

PEMIMPIN Negeri tanah Melayu hari ini harus berani menegakkan aturan yang berlandaskan kepada Adat Bangsanya, tidak perlu takut bahwa kita akan kehilangan investor asing jika negeri ini diatur berdasarkan Adat Melayu, sebab sejatinya Adat Melayu yang bersendikan Kitabullah, merupakan jalan keselamatan bagi ummat manusia di muka bumi. Aturan yang dibuat hendaknya berpihak dan menguntungkan rakyat banyak, tidak mendiskriminasi, tidak pula terlalu selow dengan mentolerir kemaksiatan, apalagi merugikan rakyat hanya demi mendapatkan sejumlah angka persenan dari keuntungan usaha maksiat pengusaha asing. Konsep pendidikan yang dikembangkan hendaknya lebih mengedepankan nilai-nilai potensial, yaitu dengan mengutamakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan pemahaman mendasar tentang hidup individu secara pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta pengenalan kekayaan Budaya dan Sumber Daya Alam dan juga cara pengelolaannya bagi kaum pelajar.

ORANGTUA hendaknya mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, bukan sekedar memberi nafkah lahiriah, tapi kebutuhan pendidikan sejatinya dapat dipenuhi dengan keteladanan orangtua yang baik dan juga dengan menempatkan anaknya pada lembaga pendidikan formal yang lebih mengutamakan pemahaman dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia pelajarnya, dari pada sekedar bagus nilai di atas kertas. Orangtua hendaknya dapat berperan sebagai guru, ya, GURU bagi anak-anaknya. Jadi bukan sekedar petugas pemberi makan dan memenuhi kebutuhan kenderaan dan pakaian.

PEREMPUAN di Negeri Melayu hendaknya dapat menjaga perilaku dengan bersikap, bertutur-kata dan berpakaian sebagai mana tuntunan adat melayu, yaitu dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat, longgar, tidak ketat. Perempuan juga dituntut untuk memiliki pengetahuan Agama dengan baik dan kuat memegang ajaran tersebut, serta menjadikannya prinsip hidup. Pendidikan bagi perempuan-pun harus tinggi, karena bagaimanapun perempuanlah nanti yang akan melahirkan anak keturunan (baca : generasi selanjutnya), perempuan harus mampu mendidik anak keturunannya dengan baik, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan budaya asing yang merusak tatanan kehidupan masyarakat.

PEMUDA Melayu harus mampu mempertahankan jati-diri yang sebenarnya, tidak lagi malu hidup dengan lebih mengedepankan budaya melayunya. Pemuda Melayu harus bangga dengan siapa dirinya yang sebenarnya. Mengerti adat, dan paham benar dengan ajaran agamanya. Bangga pandai Berpantun, bangga pandai membahasakan Gurindam Dua Belas, bangga pandai Mengaji Al-Qur'an dan memahami maknanya. Bangga hidup sebagai Pemuda Melayu yang Islami, peka terhadap problematika sosial di lingkungannya, pemuda yang mandiri, kreatif, inovatif, paham benar dengan kekayaan Sumber Daya Alam di daerah tempat tinggalnya, mampu mengelola Sumber Daya Alam tersebut guna kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian pemuda melayu hendaknya juga berani berperan aktif dalam menjadi kontributor perubahan sosial-politik dan ekonomi. Sehingga impian terwujudnya Masyarakat Madani di Negeri Melayu ini dapat segera tercapai dalam artian yang sebenar-benarnya. Tidak perlu lah menenggak minuman keras, balapan motor di jalan raya, menelantarkan diri dengan menjadi anak jalanan dan bergabung dengan komunitas punk, mengkonsumsi narkotika, masuk ke tempat hiburan malam dan berpartisipasi menggunakan jasa pelacur. Tidak perlu lah kita berbuat negatif untuk membangga-banggakan diri agar dianggap hebat dan mendapatkan perhatian lebih dari orangtua atau yang lainnya. Apalagi jika hal negatif tersebut dilakukan sekedar untuk mengenal jati diri.

Nah, dengan demikian, jika empat hal diatas dapat terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari, tentu akan ada perubahan positif yang sangat besar. Perubahan yang menyejukkan, perubahan yang damai, perubahan yang mensejahterakan dan memakmurkan. Sebagai mana pantun orangtua kita dahulu . . .

Apalah tanda padi berbuah

Lebatlah tangkai daunnya subur

Apalah tanda negeri bertuah

Rakyatnya damai hudupnya makmur
Subhanallah, ini adalah tanggungjawab kita semua !!
Mari selamatkan Budaya Melayu yang Menyelamatkan . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun