Mohon tunggu...
Cristina Balqis
Cristina Balqis Mohon Tunggu... Freelancer - What doesn't kill you only makes you stronger. Except for zombie bites

IRT yang punya prinsip : What doesn't kill you only makes you stronger. Except for zombie bites

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Saran SBY Terbukti; Gara-gara Setan Gundul, Prabowo Ditinggal Pemilih Minoritas

21 Mei 2019   04:16 Diperbarui: 21 Mei 2019   10:51 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya membayangkan seandainya dahulu Prabowo mau mendengarkan saran SBY pasti kejadiannya tidak kayak sekarang. Ya, SBY sudah mengingatkan Prabowo supaya tidak menggunakan politik indentitas/SARA dalam kampanye Pilpres 2019. Secara umum politik identitas/SARA jelas bisa mengancam persatuan bangsa. Tapi secara politis, politik identitas/SARA juga bisa membuat kalangan minoritas tidak mau mendukung Prabowo. Jumlah kalangan minoritas ini tidak bisa dianggap enteng, sekitar 15 % dari total pemilih, atau sekitar 28,9 juta orang.

Tapi toh Prabowo sudah keduluan kena hasut setan gundul. Mereka memprovokasi supaya Prabowo tetap menggunakan politik identitas/SARA untuk meraup dukungan pemilih. Mereka menjual kesuksesan di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Padahal kondisi pemilih nasional tidak sama dengan ketiga propinsi tersebut. Ambil contoh, populasi penduduk muslim di DKI mencapai 83,4 %. Sementara, di tingkat nasional, ada 15 persen pemilih minoritas. Jika ditambah dengan jumlah umat Islam yang menolak politik identitas tentu akan lebih banyak lagi.

Tapi toh, Prabowo sudah terlanjut kena hasut setan gundul. Makanya kampanye Pilpres 2019 sangat kental nuansan politik identitas/SARA. Dan apa yang terjadi? Dalam jangka waktu enam bulan, Prabowo sudah ditinggal sekitar 11,24 juta pemilih dari kalangan minoritas. Mereka eksodus sebab khawatir dengan tirani mayoritas yang secara tidak sadar digaung-gaungkan oleh Prabowo.

Pada sampai Agustus 2018, proporsi dukungan kalangan minoritas kepada Jokowi dan Prabowo relatif merata. Jokowi didukung oleh 47,5 % kalangan minoritas, sementara Prabowo dipercaya sekitar 42,5 %. Secara kuantitas ini berarti ada sekitar 12,3 juta pemilih dari kalangan minoritas yang memilih Prabowo. Tapi pada Januari 2019, diperkirakan ada eksodus 11,24 juta pemilih dari poros Prabowo. Jumlah eksodus ini diperkirakan semakin besar pasca kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Hari ini kita sudah sama-sama paham kalau KPU sudah menetapkan rekapitulasi suara nasional. Tercatat kalau Jokowi-Ma'ruf Amin: 85.607.362 suara (55,50%), sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno : 68.650.239 (44,50%). Jumlah suara sah nasional 154.257.601.

Artinya suara Prabowo-Sandi tertinggal sekitar 16.957.123 (11%) suara dari Paslon 01. Silakan bandingkan dengan jumlah pemilih minoritas di Indonesia yang mencapai 28,9 juta! Sekiranya Prabowo tidak menggunakan politik identitas/SARA adalah potensi suara sebesar 12,3 juta pemilih dari kalangan minoritas. Memang masih belum cukup, tapi kesenjangan semakin dekat.

Sekiranya Prabowo tidak menggunakan politik identitas/SARA, ada peluang ceruk suara Islam moderat juga bisa ditarik. Kalangan milenial yang bosan dengan wacana SARA, bisa dibujuk untuk mendukung Prabowo-Sandi.

Tapi apa mau dikata, saran SBY ini diabaikan. Sekarang nasi sudah jadi bubur. Kesenjangan 16,9 juta suara bukan jumlah yang sedikit. Satu-satunya cara, Prabowo-Sandiaga mesti bisa menunjukan bukti adanya kecurangan sebesar jumlah kesenjangan tadi di sidang Mahkamah Konstitusi. Atau Prabowo bisa membuktikan telah terjadi kecurangan secara Terstruktur, Sistematis dan Masif (TSM). Agak berat rasanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun