Mohon tunggu...
S. Cristian Putri
S. Cristian Putri Mohon Tunggu... -

Menjadi cahaya meskipun kecil \r\n@Cristian_Putri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media Bodrex & Akun Nasi Bungkus Jokowi?

9 Juni 2014   12:46 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:36 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ngeri-ngeri geli yah! Bagaimana tidak. Menjelang pilpres kali ini, banyak mata-mata yang seliweran nyari lumbung untuk menggelembungkan perut. Apa saja siap digadaikan asal saja ada sesuatu yang masuk perut. Perut, peruttttt....

Dari kelas kecoa sampai kelas badut jogat-joget, memainkan sandiwara sesuai perannya dalam menyambut Pilpres. Upeti, upeti. Mencari apa-apa yang bisa dimasukkan ke peti. Gak muat peti rumah, masih ada peti di bank. Manusia-manusia lapar dan manusia-manusia serakah.

Menyambut Pilpres, tampak ramai didunia maya, dari internet hingga media TV dan media cetak. Semua media saya nilai maya, karena lebih banyak manipulasi realita dari pada fakta sebenarnya. Yang disampaikan yang sesuai dengan kepentingannya. Menyambut Pilpres, Jokowi ramai didunia maya.

Media Bodrex

Yah, memang kenyataannya. Jokowi ramai di dunia maya.  Dari media sosial, media TV, media cetak, dan seterusnya. Jokowi seakan aduhai.  Bak raja, begitu diagungkan. Meringis-meringis melihatnya.  Sebegitukah media?

Jokowi hanya nengok pasar, media-media berbondong-bondong menyebarkan beritanya. Jokowi bak hero. Hah, cuma ke pasar! Jokowi hanya nengok sungai, lagi-lagi media-media memberitakannya dengan heboh. Hah, cuma ke sungai!!!

Giliran Jokowi kena kasus terkait Trans Jakarta, media sepi. Sunyi. Kemana! Ow, kru media lagi pada lapar. Ow, tak ada tugas dari kantor untuk meliput ke arah sana. Ow, ow, ow...

Giliran Jokowi kena kasus menipu Jakarta. Yang dalam sumpahnya Jokowi tidak akan maju sebagai calon presiden, namun kenyataannya Jokowi melanggar sumpahnya sendiri, lagi-lagi media sepi. Nyaris tak ada beritanya. Kemana media? Ow, ada anaknya orang di media yang lagi minta dibeliin baju. Ow, pemilik medianya lagi mikir tambahan modal buat membesarkan medianya. Ow, ada awak media yang lagi ngelunasin cicilan rumah. Ow, ow, ow.... Ow, ada awak media juga yang kelaparan karena gajinya dirasa kurang banyak untuk isi perutnya. Yah, yah yah....

Saat Jokowi aksi sekali naik bajai saja, media gempar. Tapi saat kemana-mana pakai jet pribadi sewaan yang begitu mahal, lagi-lagi tak ada berita. Wow!!!! Yah, saat Jokowi sok memelas saja, beritanya heboh. Tapi saat kemana-mana Jokowi mencaci, menghina orang lain, seperti menghina lawan politiknya, nyaris media tak ada suara. Wah, wah, wah.

Jadi bertanya-tanya. Kira-kira, berapa yah untuk membayar media? Kalau mau ngasih ke pemilik media, umumnya ngasih apaan yah? Kalau mengasih uang ke Pimpinan Usaha di media, pantasnya berapa yah? Kalau mau mengasih rupiah ke Pimred media, cocoknya berapa yah? Kalau wartawan, cukup nasi bungkus kira-kira selesai kagak yah?

Yah, yah, yah. Perut, peruuutttttt.... > Media Bodrex

Kalau admin Kompasiana, ikutan nyari nasi bungkus ke Jokowi kagak yah? Ah ada-ada aja pertanyaannya. Gak usah tanya ke admin, cukup lihat saja pengelolaan Kompasiana ini, imbang kagak. Kalau kagak, gue pastikan deh!? Kan, momentum....

Ah, ada-ada aja. Yah, aja emang ada kali yah....

Akun Nasi Bungkus Jokowi?

Sudah menjadi opini publik, Jokowi menggunakan tim media sosial (medsos) dengan menyebar akun-akun di dunia maya. Lazimnya, akun-akun di dunia maya, bisa menggunakan akun palsu dan bisa menggunakan akun asli. Tapi pada prinsipnya, biasanya tim media sosial (medsos), memiliki banyak akun. Satu orang dalam tim, umumnya tidak saja puluhan, tapi bisa sampai ratusan akun. Terbayangkan, bila ada 50 orang di tim? Terbayangkan, bila ada 50 tim?

Di tiap-tiap orang, bisa yang spesifik di Twitter, di Facebook, di media sosial yang lain. Ada tim yang khusus mengawal berita-berita media online, seperti Kompas, Tempo, Merdeka, RMOL, Republika, dan lain-lain, dengan tujuan mengomentari setiap berita yang ada kaitannya dengan Pilpres.

Tak usah dipikir dalam-dalam dengan tim medsos, banyak akunnya pastinya. Orang yang menggerakkan akun-akun ini, secara umum para pengangguran. Kalau tidak menganggur, buat tambahan jam. Nyari duit lah.

Kerja begitu-begitu, tentunya harus menggadaikan idealisme. Menggadaikan prinsip-prinsip kemanusian. Terpenting dan terutama, duit! Yah, dompet! Yah, peruttt....

Yuk, lihat akun-akun di sekitar kita. Jokowi, minta ampun deh gue liatnya. Di twitter, akun-akun menggiring Jokowi luar-biasa. Twit saya tentang Jokowi, langsung dibully minta ampun. Di Facebook, akun yang menggiring ke Jokowi, heboh hingga gue ngerasa apa kagak salah nih. Wow, gitu lho.

Termasuk di Kompasiana. Lihat aja nanti yang komentar, kemungkinan wow! Yang membully di Kompasiana nanti, saya pastikan akun nasi bungkus. Kalau gak ngaku, bohong itu. Karena kalau bukan akun nasi bungkus, saya tak izinkan membully di kotak komentar postingan saya di Kompasiana ini....

Ah, olah raga pagi dulu yukk....

INI BARU BACAAN PENTING :

- Media Online Ini Melakukan Black Campaign Pada Prabowo

- PKB Dirahamkan Gus Dur, Tapi Pakai Foto Gus Dur Dimana-mana

- Ini Alasan UU Berbau Islam Selalu Ditolak PDIP

- Kebohongan Jokowi Dimata Para Tokoh

- Jokowi Perintahkan Anak Buahnya Melakukan Black Campaign

- Indonesia Dipimpin Presiden Plagiator Jokowi, Mau?

- Tinggalkan Janji di DKI Jakarta, Jokowi Nyapres

- Versi KPK: Hebat, PDIP Terkorup Pasca Reformasi

- Jokowi Blusukan di Metropolitan, Prabowo Hidup Tahunan di Hutan

- Ini Fakta Jokowi Menghina Prabowo, Padahal Ngakunya Tidak Pada Black Campaign. Dasar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun