Mohon tunggu...
Cristiano Ronaldo
Cristiano Ronaldo Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

Selamat datang di blog acuuu , Blog ini Seputar yang tren teen Zaman Sekarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Urgensi Tradisi Aktivisme Mahasiswa dalam Menghadapi Tantangan Zaman

8 November 2024   09:20 Diperbarui: 8 November 2024   09:20 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aktivisme mahasiswa merupakan tradisi yang telah lama menjadi bagian integral dalam sejarah pergerakan sosial di Indonesia. Sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga era reformasi, mahasiswa telah memainkan peran sentral dalam mendorong perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa juga semakin kompleks dan beragam. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk terus mempertahankan dan mengembangkan tradisi aktivisme dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.
Sejak awal abad ke-20, mahasiswa Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap perubahan sosial. Peran mereka terlihat jelas dalam berbagai peristiwa bersejarah, seperti pergerakan kemerdekaan, perjuangan melawan otoritarianisme, hingga reformasi 1998 yang berhasil menggulingkan rezim Orde Baru. Dalam setiap momen tersebut, mahasiswa bukan hanya berfungsi sebagai penggerak perubahan, tetapi juga sebagai suara kritis yang menantang ketidakadilan dan korupsi yang merajalela.

Tradisi aktivisme mahasiswa ini bukan hanya soal demonstrasi di jalan atau kritik terhadap penguasa, tetapi juga mencakup peran mereka dalam merumuskan gagasan-gagasan besar untuk memperbaiki bangsa. Mahasiswa sering kali menjadi ujung tombak dalam memperkenalkan ide-ide baru, mulai dari perjuangan untuk hak asasi manusia, demokrasi, hingga kesetaraan gender dan keberagaman.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa masa kini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Di satu sisi, mahasiswa hidup dalam dunia yang semakin terhubung dengan kemajuan teknologi, yang memungkinkan mereka untuk lebih mudah mengakses informasi dan berbagi gagasan. Di sisi lain, fenomena digital ini juga membawa dampak negatif, seperti penyebaran hoaks, polarisasi sosial, dan manipulasi informasi yang bisa mengaburkan kebenaran.

Di luar dunia maya, mahasiswa juga harus menghadapi tantangan ekonomi yang tidak ringan. Krisis ekonomi global, ketimpangan sosial, dan kesenjangan pendidikan adalah isu-isu yang turut mempengaruhi kehidupan mahasiswa, baik secara individu maupun kolektif. Selain itu, banyaknya pilihan karier dan ambisi pribadi membuat mahasiswa terkadang lebih fokus pada pencapaian pribadi daripada berpikir tentang tanggung jawab sosial dan peran mereka dalam memperbaiki masyarakat.

Di tengah berbagai tantangan tersebut, perlu ada refleksi serius mengenai relevansi dan urgensi tradisi aktivisme mahasiswa. Aktivisme yang dulu identik dengan aksi protes atau demonstrasi kini harus beradaptasi dengan konteks zaman yang lebih dinamis. Aktivisme mahasiswa di era digital, misalnya, tidak hanya terbatas pada aksi di jalan, tetapi juga melibatkan penggunaan media sosial untuk menyuarakan pendapat, menyebarkan informasi, atau bahkan mengorganisir gerakan-gerakan sosial.

Menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks, tradisi aktivisme mahasiswa tetap memiliki urgensi yang sangat tinggi. Aktivisme mahasiswa bukan hanya sekedar menuntut perubahan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk membangun kesadaran kritis dalam masyarakat. Melalui aktivisme, mahasiswa diajak untuk berpikir lebih kritis terhadap berbagai masalah yang ada di sekitar mereka, baik itu masalah politik, ekonomi, maupun sosial.

Pentingnya aktivisme mahasiswa di zaman sekarang juga terletak pada kemampuannya untuk memberikan ruang bagi berbagai suara yang terpinggirkan. Dalam masyarakat yang cenderung mengutamakan kepentingan elit, mahasiswa dapat menjadi suara alternatif yang memperjuangkan hak-hak kelompok marginal, seperti buruh, perempuan, minoritas, dan lain-lain. Selain itu, aktivisme mahasiswa juga dapat memperjuangkan isu-isu global, seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan perdamaian dunia.

Aktivisme mahasiswa juga memiliki peran penting dalam mempertahankan demokrasi. Dalam konteks negara demokrasi, mahasiswa berfungsi sebagai penjaga moral yang selalu mengingatkan pemerintah dan masyarakat akan nilai-nilai luhur yang mendasari kebebasan dan keadilan. Aktivisme mahasiswa dapat menjadi penyeimbang kekuatan politik yang kadang terjebak dalam praktik kekuasaan yang tidak adil atau korup.

Di era digital ini, mahasiswa memiliki peluang besar untuk mengembangkan tradisi aktivisme mereka. Media sosial seperti Twitter, Instagram, dan TikTok memungkinkan mahasiswa untuk menyuarakan pendapat mereka kepada khalayak luas dengan lebih cepat dan efektif. Melalui platform ini, mahasiswa bisa menggalang dukungan untuk gerakan sosial, menyebarkan informasi penting, atau mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro-rakyat. Aktivisme digital ini memungkinkan mahasiswa untuk memperluas jangkauan perjuangan mereka tanpa harus mengandalkan aksi fisik di jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun