Pernahkah kamu membayangkan bahwasanya seorang anak muda juga bisa menyelamatkan lingkungan dari berbagai pencemaran dan ketidakstabilan ekosistem? Pertanyaan tersebut sering sekali dipertanyakan kepada saya sebagai seorang anak yang menempuh pendidikan pada jurusan Teknik Lingkungan.
Â
Permasalahan lingkungan akhir akhir ini sudah semakin meningkat. Banyaknya ketidaksadaran manusia terhadap pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Kerusakan alam yang disebabkan oleh polusi, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Banyak juga yang belum sadar bahwasanya satu buah sampah dapat menyebabkan dampak negatif kedepannya.
Bisa dilihat bahwasanya perindustrian di Indonesia memiliki cukup banyak limbah yang jika tidak dikelola dengan baik dapat menjadi masalah lingkungan kedepannya. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2023), Indonesia menghasilkan 19,5 juta timbunan sampah, dimana sebesar 33,18% atau 6 juta sampah tidak terkelola oleh masyarakat dan pemerintah. Bukan hanya itu, tetapi sampah yang dihasilkan dari perindustrian sudah cukup banyak dan tidak dapat dikelola dengan baik oleh industri tersebut. Inilah yang menjadi permasalahan utama ketika kita tidak dapat mengelola sampah dengan baik .
Â
Berdasarkan permasalahan yang ada kita sebagai anak muda berperan penting dalam mewujudkan kelestarian ataupun kestabilan ekosistem kedepannya. Mulai dari hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, lebih menggunakan transportasi umum, hingga mengelola sampah dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Pada semester 1 di Universitas Airlangga kami sudah melakukan implementasi pelestarian lingkungan menggunakan sampah sampah organik. Melalui PDB (Pembelajaran Dasar Bersama) saya paham cara berpikir kritis dan cara mengatasi berbagai permasalahan sebagai seorang mahasiswa yang telah diajarkan oleh dosen saya yaitu dr Sisca Meida Wati, drg, M.kes. Selaku dosen mata kuliah Logika dan pemikiran kritis. Saya bersyukur bisa mendapatkan bekal perkuliahan dan mengimplementasikan ilmu yang disampaikan beliau sehingga saya dan teman teman lainnya dapat membuat project kelestarian lingkungan berupa Ekoenzym.
Siapa yang menyangka ternyata sampah organik bisa jauh berharga ketika kita dapat mengolah sampah tersebut sedemikian baiknya. Kami mengambil sampah sampah organik yang berasal dari kulit buah buahan, dan mengolah sampah tersebut melalui fermentasi larutan gula merah. Ekoenzym tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pembersih ruangan, pupuk organik, hingga dapat membunuh alga yang merusak ekosistem lingkungan.
Langkah kecil yang saya lakukan telah saya terapkan di Danau Kampus C Universitas Airlangga. Saya memfokuskan untuk membasmi banyak alga yang membuat air danau bau dan tidak jernih. Proses demi proses udah saya lakukan dan pada akhirnya berhasil bahwasanya ekoenzym dapat membasmi alga yang berada di danau kampus C Universitas Airlangga.
Bukan hanya itu namun saya juga sudah membuat langkah kecil seperti pembuatan ecobrik yang mana saya mengumpulkan sampah sampah plastik dan mengkreasikannya sebaik mungkin sehingga dapat menjadi suatu karya. Karena menurut data bahwasanya Indonesia menjadi salah satu negara terbesar dengan penghasil limbah plastik terbanyak di dunia. Maka itu untuk mengatasi segala stigma dari media, penting untuk kita sebagai anak muda menjadi agen perubahan dalam mewujudkan ekosistem lingkungan yang lebih baik.
Pada dasarnya bumi kita ini akan hancur ketika tidak ada satupun orang yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, baik dalam perindustrian, pertambangan, hingga lingkungan sehari hari wajib memikirkan dampak kedepannya ketika tidak dapat melestarikan alam dari berbagai polusi dan pencemaran.
Peran pemerintah juga cukup penting dalam membuat sebuah peraturan akan pentingnya menjaga alam sekitar. Harus adanya hukum yang berlandaskan keadilan yang tidak tumpul keatas dan tajam kebawah. Karena sudah seharusnya perusak lingkungan mendapatkan hukuman yang adil dan sesuai berdasarkan landasan hukum yang kuat. Kita sebagai warga negara harus tegas untuk benar benar memfokuskan Indonesia Emas 2045 bebas dari sampah plastik dan pencemaran lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H