Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perundingan Hari Pertama Tanpa Hasil, Damai Masih Jauh dari Harapan

2 Maret 2022   10:25 Diperbarui: 2 Maret 2022   10:28 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya negosiasi untuk menghentikan konflik Rusia-Ukraina sudah mulai dilakukan, Senin (28/2/2022) waktu setempat. Delegasi Moskow dan Kyiv bertemu di perbatasan Belarusia untuk melakukan perundingan mengakhiri konflik.

Rasanya tidak begitu mudah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang. Bayangkan saja, sudah ada peretemuan kedua petinggi Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang tetapi perang masih terus berlangsung. Tidak ada tanda-tanda situasi berangsur pulih.

Selain itu, Negosiator dari Ukraina dan Rusia mengakhiri putaran pertama pembicaraan tanpa terobosan yang jelas. Malah Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan negosiasi putaran kedua. (Baca:cnbc.com)

Sejujurnya ada dua syarat dari Presiden Rusia, bila ingin mengakhiri konflik, pertama: Kyiv telah netral, didenazifikasi, dan demiliterisasi. Sedangkan syarat kedua adalah Ukraina harus mengakui secara resmi Rusia mengontrol Krimea, dua wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu.


Saya yakin, dua syarat yang diajukan Putin tidak begitu mudah untuk diamini oleh pemimpin Volodymyr Zelensky. Masing-masing penguasa tetap ada kedaulatan negaranya.

Kabar terkahir Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, justru telah secara resmi menandatangani aplikasi untuk keanggotaan Ukraina di Uni Eropa, menurut sebuah posting dari halaman Facebooknya yang terverifikasi.

Jika ini benar maka pedamaian dan kesepakatan gencatan senjata hanyalah harapan hampa. Di sisi lain, sanksi ekonomi dari Amerika dan sekutu NATO semakin memperpanjang jarak perundingan.

Dunia berharap perang segera berakhir. Konflik tidak pernah menyelesaikan persoalan, malah memunculkan masalah baru. Masalah kemanusiaan, masalah ekonomi, soal pengungsian dan, sarana prasarana yang hancur, itu semua tidak terhindarkan.

Paus Fransiskus mengumumkan secara khusus tanggal 2 Maret sebagai Hari Puasa untuk Perdamaian, secara khusus terkait konflik yang tengah terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Penetapan tanggal itu juga bertepatan dengan Hari Rabu Abu untuk umat Kristen Katolik. Karena itu, Paus meminta agar secara khusus mendoakan perdamaian di dunia.

"Saya mendorong orang percaya dengan cara khusus untuk mendedikasikan diri mereka secara intens untuk berdoa dan berpuasa pada hari itu. Semoga Ratu Damai menjaga dunia dari kegilaan perang," kata Paus Fransiskus sebagaimana dilansir Vatican News.

Kita berharap konflik Rusia-Ukraina segera berakhir. Betapa indahnya hidup dalam damai. Damai melahirkan kemapanan dalam hidup.

Atambua,02.03.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun