Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Children's Day, Masa Depan yang Lebih Baik untuk Setiap Anak

20 November 2021   08:21 Diperbarui: 20 November 2021   08:32 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Catatan untuk Peringatan Hari Anak Sedunia, 20 November 2021)

20 November miliknya 2021, adalah Hari Anak Sedunia. Peringatan hari anak tahun ini mengusung tema "A Better Future for Every Child" atau masa depan yang lebih baik untuk setiap anak.

Merupakan saat yang tepat bagi kita untuk berpikir bersama tentang nasib anak kita di seluruh dunia. Cobalah kita menukik ke realitas di sekitar kita. Sudahkah anak-anak menikmati hari-harinya sebagai seorang anak?

Disadari bahwa masih banyak anak yang hidup di bawah tekanan. Tekanan orang tua, tekanan ekonomi, tekanan pendidikan. Entah sudah berapa banyak anak yang mengalami kekerasan, fisik, psiskis, seksual,  dan tindakan kejahatan lainnya. Itulah potret buram anak-anak kita.

Foto.dok.pribadi. Kegiatan Literasi di Kab. Belu NTT
Foto.dok.pribadi. Kegiatan Literasi di Kab. Belu NTT
Dunia anak adalah dunia ceria. Dunia anak adalah dunia bermain. Eksploitasi hak anak hanya akan berakibat fatal bagi perkembangan fisik maupun psikis anak-anak kita. Anak-anak jangan sampai dirampas haknya, karena tekanan ekonomi, tekanan dari sekolah dan lingkungan sekitar.

Apa yang dicanangkan oleh Kemendikbud-Ristek, Nadiem Makarim tentang "Merdeka Belajar", bahwa anak harus bergembira, ceria, dalam menimba ilmu menjadi program yang cocok dengan hak-hak anak.

Pendidikan zaman sekang sudah beda dengan zaman dulu. Bila zaman dulu menerapkan pola pendidikan yang terkesan kaku, otoriter, dengan slogan, "Di ujung rotan ada emas" justru zaman kini yang harus diterpkan adalah "Sekolah ramah anak", "lingkungan ramah anak" "Keluarga ramah anak" dan seterusnya.

Sebagai salah satu pegiat literasi anak, yang hampir setiap saat berjumpa dengan anak-anak di perbatasan RI-Timor Leste, saya dan teman-teman sedikit paham tentang dunia anak, bagaimana seharusnya mendampingi anak-anak.

Foto dok.pribadi. Kegiatan Literasi bersama anak-anak perbatasan Kab. Belu NTT
Foto dok.pribadi. Kegiatan Literasi bersama anak-anak perbatasan Kab. Belu NTT
Salah satu kunci untuk mendampingi anak-abak kita adalah harus masuk ke dunia mereka, bermain bersama mereka, hingga keluar ke dalam dunia kita.

Kunci ke suksesan pendidikan bagi anak-anak usia dini adalah perlu diberi ruang untuk berekspresi, menerapkan pola belajar sambil bermain. Sumber ilmu tidak sebatas pada ruang kelas dan guru bukan satu-satunya sumber untuk mendapatkan pengetahuan.

Perserikatan Bangsa Bangsa, (PBB) meminta setiap negara harus memperkenalkan Hari Anak yang akan didedikasikan untuk persaudaraan dan pemahaman di antara anak-anak di dunia, dan akan menonjolkan kegiatan yang mendorong kesejahteraan Anak di seluruh dunia. Oleh karenanya ditetapkanlah 20 November sebagai Hari Anak Sedunia.

Perayaan Hari Anak Sedunia ini bertujuan untuk menghormati hak-hak anak dan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan anak.

Foto.dok.pribadi
Foto.dok.pribadi
Bagaimanapun juga, anak adalah masa depan bangsa. Kita perlu respek terhadap hidup anak-anak kita, mulai dari sekarang. Kunci kesuksesan masa depan ada di tangan kita saat ini.

Bila peringatan Hari Anak Sedunia tahun ini mengusung tema, A Better Future for Every Child" atau masa depan yang lebih baik untuk setiap anak maka, tugas bersama kita saat ini adalah mempersiapkan generasi emas untuk menjawab perkembangan dunia yang kian pesat.

Kita perlu bergerak bersama, keluarga, pelaku pendidikan, masyarakat untuk masa depan anak-abak. Jikalau bukan sekarang kapan lagi? Jikalau bukan kita siapa lagi?

Atambua, 20 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun