Kasih di sini adalah kasih yang 'memberikan diri' (self-giving), sebagaimana Kristus yang telah memberikan tubuh-Nya sebagai santapan dan darah-Nya sebagai minuman.
Terinspirasi dari tiga aitem pokok ini maka merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini, pantas dan layaklah kita terpanggil untuk mengusahakan kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama.
Sebagaimana Kristus memberikan hidupnya, demikian juga kita terpanggil untuk mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, kepada sesama, terutama menghadirkan kasih dalam keluarga kita masing-masing.
Momentum Hari Raya Tubuh dan darah Kristus hari ini juga, mengundang kita untuk semakin mencintai ekaristi. Mendorong kita untuk merasa rindu menyambut tubuh dan dan darah Kristus. Membuat kita merasa terganggu bila setiap hari Minggu kita tidak datang merayakan ekaristi untuk menyantap tubuh dan darah Kristus.
Kita sibuk dengan urusan duniawi, itu pasti karena kita berada masih berada di dunia. Tetapi menyibukan diri dengan perkara Tuhan itu juga perlu, karena itulah yang menjanjikan ketenangan jiwa.
Sebagai umat beriman, mari kita bersatu, satu hati meneruskan kabar gembira yang datang dari Allah. Seperti Yesus bersatu dengan Bapanya, demikian pula kita adalah satu di dalam iman, saling memberi dan menerima, memberi kesaksian iman dalam hidup harian kita.
Saya selalu mengulang kata bijak ini, yang menjadi kekuatan dan sekaligus motifasi bagi saya; "Dalam hidup ini kita bisa meninggalkan segala sesuatu untuk Tuhan, tetapi jangan meninggalkan Tuhan hanya untuk mengejar sesuatu, karena dalam hidup ini Tuhan tidak pernah meninggalkan kita."
Selamat merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Selamat mencintai ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup kita. Tuhan melimpahkan berkatnya bagi kita. Semoga***
Atambua, 06.06.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H