Ada dua hal yang menjadi pegangan hidup manusia di dunia adalah:
Pertama; beriman. Mengapa kita harus beriman? Kita sadari bahwa hidup merupakan anugerah Tuhan yang berharga. Tuhanlah yang menganugerahkan kehidupan bagi kita manusia. Ia memberikan-Nya secara gratis. Kita mensyukurinya dengan bertaqwa kepadaNya.
Kedua adalah kesetiaan. Kesetiaan pada iman menjadi perjuangan hidup yang terus-menerus. Perjuangan untuk mempertahankan iman, itulah yang dikatakan sebagai kesaksian iman yang nyata.
Tidak mudah memperjuangkan kesetiaan di tengah tantangan dan godaan hidup dewasa ini. Pertanyaan yang kedua adalah mengapa kita harus setia? Karena kepadaNyalah kita akan kembali.
Injil hari ini berkisah tentang pokok anggur. Yesus berkata, Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Ranting hanya bisa berbuah, bila bersatu dengan pokok anggur, demikian pula barang siapa tinggal dalam Aku, ia akan berbuah banyak.
Atas sabda Tuhan ini, kita menemukan ada dua hal yakni:
1. Ranting bergantung sepenuhnya pada pohon atau pokok anggur.
2. Setiap ranting yang berbuah diberihkannya, tetapi setiap ranting yang tidak berbuah akan dipotong.
Hubungan manusia dengan Allah itu, ibarat ranting dan pokok anggur. Kita hanyala ranting pada pohon anggur. Kita hanya bisa hidup, bila kita menyatukan diri dengan pokok anggur yakni Allah sendiri. Hidup tanpa Allah, hanyalah kematian.
Orang yang menyatukan diri dengan allah, hidupnya akan tenang dan damai. Orang yang bersandar pada Tuhan, ia ibarat pohon yang tumbuh di tepih aliran sungai, tetap segar dan selalu menghasilkan buah. Kuncinya adalah beriman dan setia pada iman.
Sering kita mengalami keterpechan dalam diri, kita mengalami kegersangan dalam hidup, hidup seolah-olah suram, karena kita memisahkan diri dari Allah, sebagai sumber hidup.
Yang perlu diusahkan dalam hidup adalah iman. Orang yang hidup dalam terang iman, ia akan bahagia, hidupnya akan tentram dan mengasilkan buah-buah aksih dan kebaikan. "Barang siapa tinggal dalam aku dan aku dalam dia, ia akan menghasilkan banyak buah." Marilah kita menyadari diri kita dihadapan Tuhan.
Mari kita beriman dan mari kita setia pada iman.
"Jika kita tak bisa menjadi tinta untuk menulis kebahagiaan orang lain, maka jadilah penghapus, untuk menghapus kesedihan orang lain, jika kita tak bisa menjadi matahari yang menerangi seluruh alam raya, maka jadilah lilin yang menerangi kegelapan malam."
Atambua, 01.05.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H