Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

#Bukulapak, Hidupkan Kembali Minat Baca di Belu

13 Maret 2021   09:08 Diperbarui: 13 Maret 2021   09:16 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus kita sadari bahwa buku adalah gudang ilmu, dengan membaca kita menguasai dunia.

Malam ini saya berkesempatan bertandang ke #bukulapak yang dirintis oleh teman-teman dari Komunitas Lorosae. Mereka membuka lapak buku persis di lapangan umum, depan Mako Brimob, kota Atambua.

Sudah seminggu pegiat literasi ini membuka lapak buku persis di jantung kota Atambua. Tujuan mereka satu yakni mau menghidupkan kembali minat baca masyarakat yang sudah menurun.

Harus kita sadari bahwa buku adalah gudang ilmu, dengan membaca kita menguasai dunia. Tidak ada cara lain untuk mendapatkan pengetahuan selain membaca. Seseorang bisa mahir bidangnya karena membaca. Jadi membaca adalah kunci kehidupan.

Kita prihatin dengan dunia sekarang, budaya membaca telah bergeser ke games, tik tok, dan sejenisnya. Perkembangan teknologi yang kian cepat berhasil merebut perhatian khayalak ramai. Orang bisa bermain game berjam-jam ketimbang menimbah pengetahuan lewat membaca. Budaya baca sudah lama ditinggalkan. Kalau toh ada, itu tidak berlangsung lama, membaca sepintas tanpa mendalaminya.

Berdasarkan pengakuan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Belu melalui Sekretaris Jhoni Martins dalam Webinar, Pemuda dan Darurat Literasi, 11 Februari 2021 mengungkapkan fakta bahwa, dari sekian banyak masyarakat di Kabupaten Belu, hanya sebagian kecil, itu pun bisa dihitung dengan jari, yang berkunjung ke perpustakaan daerah. Budaya membaca sudah bergeser ke jeraring sosial.

Kita perlu mengapresiasi Komunitas Lorosae, yang peduli terhadap literasi di Kabupaten Belu. Mereka sudah menabur gong mengembalikan budaya membaca dan memberikan edukasi kepada masyarakat, meski dengan segala keterbatasan yang dimiliki.

Ilmu pengetahuan itu mahal dan juga dibutuhkan perjuangan untuk mendapatkannya. Yang harus tertanam dalam benak adalah kunci dari pengetahuan adalah membaca. Dengan membaca kita mendapatkan ilmu. Karena itu, perlu ada gerakkan untuk kembali mencintai buku, seperti yang sudah dimulai oleh Komunitas Lorosae.

Dari pengakuan Jejen Aryanto, Ketua Komunitas Lorosae saat merintis Komunitas ini, menyampaikan bahwa terbentuknya komunitas ini berangkat dari keresahan akibat rendahnya minat baca di Kabupaten Belu.

foto.dok.pribadi/Bincang-bincang bersama pengelola Komunitas Lorosae
foto.dok.pribadi/Bincang-bincang bersama pengelola Komunitas Lorosae
"Tanpa melihat data pun dapat diketahui bahwa minat baca di Belu sangat rendah, hal ini bisa diukur dari pengunjung di perpustakaan daerah yang dalam sehari bahkan tidak mencapai empat orang dari sekian banyak pelajar di kota Atambua. Di kota saja seperti itu, apalagi di daerah yang lebih terpencil", pungkas Jejen, (Buser Indonesia, Senin 11 Januari 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun