Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hati Jokowi, Spontanitas Warga NTT, dan Protokol Kesehatan

25 Februari 2021   21:44 Diperbarui: 26 Februari 2021   03:56 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar.Regionakompas.com/Presiden Jokowi Saat Melambaikan tangan untuk Masyarakat Sikka

Viral di media, soal kunjungan Presiden Jokowi ke NTT, termasuk dugaan pelanggaran protokol kesehatan. Banyak tokoh politik angkat bicara soal kunjungan Jokowi ke NTT. Bahkan dengar-dengar, Koalisi Masyarakat Anti Ketakadilan, telah melaporkan Jokowi terkait dugaan pelanggaran protokol kesehatan di Sikka.

Benny K. Harman, anggota DPR anggota komisi III, dari NTT, fraksi Demokrat pun, berkomentar dengan nada sinis;

"Heheheh Presiden mau menguji Kapolri, mantan ajudannya, apakah punya nyali tidak utk menegakkan hukum, ada nyali tidak untuk menindak secara hukum Presiden yang jelas-jelas kasat mata melanggar aturan Prokes, aturan yang dibikin Presiden sendiri,"Ujarnya kepada wartawan, (Siondonews.com 25/2/2021).

Terserah dengan opini publik, tetapi bagi saya justru disitulah kita melihat hati Jokowi untuk masyarakat NTT. Saking cintanya presiden kepada rakyatnya, sampai ia rela berdiri sebentar, sekedar menyapa masyarakat yang sudah tidak tahan lagi melihat kepala negaranya dari dekat.

Inilah ungkapan hati seorang bapak kepada anak-anaknya. Apakah Jokowi turun dan memberi salam? tidak juga. Apakah Jokowi berdiri sepenjang jalan untuk melambaikan tangan? tidak juga. Bahkan ketika berdiri beliau sempat mengingatkan masyarakat untuk menggunakan masker.

Sebelum peristiwa kerumuman di Sikka, Jokowi sempat dihadang oleh emak-emak saat meninjau lokasi food estate atau lumbung pangan yang terletak di Desa Makata Keri, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah. Bahkan paspampres sampai terjatuh karena antusiasme dan spontanitas masyarakat untuk melihat dari dekat sosok presidennya, yang sudah lama dinantikan kedatangannya.

Sejujurnya kita harus mengakui bahwa masyarakat NTT begitu mencintai Jokowi, karena perhatian Jokowi begitu besar bagi NTT. Apalagi ketika kunjungan pertama di Sumba Tengah, Jokowi rela mandi hujan, demi masyarakatnya. Saya yang menyaksikannya video yang disebarkan di medsos, jadi terharu. Siapa lagi presiden yang rela kehujanan, kalau bukan Jokowi?

Sebagai orang NTT, saya juga tentu tidak tega, melihat presiden datang, dan suasana sepih-sepih tanpa ada yang menemani. Justru disitulah bentuk pengargaan kami orang NTT, kepada kepala negara kami. Oleh karenanya, saya pasti tidak akan melewatkan moment yang berharga dan langkah itu.

Gambar.Amp.suara.com/Paspampres terjadi karena didorong emak-emak
Gambar.Amp.suara.com/Paspampres terjadi karena didorong emak-emak
Apa yang dilakukan oleh Jokowi, berdiri sebentar dan melambaikan tangan itu adalah ungkapan hati seorang bapak. Apakah dengan berdiri sebentar dan melambaikan tangan, mengingatkan masyatarakat untuk gunakan masker lantas kita katakan presiden melanggar aturan yang dibuat sendiri. Tidak juga.

Saya pikir pemerintah daerah juga tidak salah. Ini benar-benar reaksi spontas masyarakat NTT. Awalnya mereka berdiri terpencar, tetapi karena melihat presiden Jokowi lewat, masyarat pun spontan mendekat dan menghalang-halangi rombongan, hingga paspampres pun terjatuh.

Ya, bila sudah 'dihadang' , apakah Jokowi, harus duduk diam, naikan kaca mobil, tanpa peduli dengan kenyataan yang terjadi? Saya sangka tidak mungkin. Justru dengan berdiri dan melambaikan tangan, kerinduan masyarakat terobati dan Jokowi dapat meneruskan perjalanan, dan kita melihat masyarakat secara spontan membubarkan diri.

Menurut saya dikatakan melanghar protokol kesehatan, bila kejadian terorganisir, masyarakat tidak gunakan masker, dan pertemuannya sudah diatur dan dipersiapkan termasuk tempatnya sehingga menimbulkan kerumunan. Kejadian di Sikka, murni reaksi spontan di jalan, saat Jokowi dalam perjalanan.

Jadi bukan intensinya untuk berkumpul, tidak berlangsung lama, tapi sesaat, bahkan ada semacam kode dari presiden agar masyarakat menggunakan masker. Semuanya sebatas itu dan tidak lebih dari itu.

Atambua, 25.02.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun