Percayalah, perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil.Â
Hari ini saya melihat langsung lahan pertanian tomat milik John Tubani, seorang guru swasta di Kabupaten Belu. Sungguh luar biasa. Saya diajak berkeliling, sambil bincang-bincang ringan, seputar budidaya tomat yang dikembangakan dengan sistem pertanian inovatif di masa covid.
"Saya mulai mengembangkan budidaya tomat, semenjak pertengahan Maret 2020, saat wabah virus corona melanda dunia, termasuk kita. Selain menambah penghasilan, tetapi juga menjadi tempat rekreasi" Katanya.
"Di sini saya menemukan banyak ide, jadi tempat ini menjadi sumber inspirasi bagi saya." Kata guru teater SMAK Surya Atambua.
Masa pandemi yang mengharuskan kita diam di rumah, ternyata tidak membuatnya kehabisan akal, tetapi justru pandemi covid melahirkan ide-ide kreatif dan produktif untuk pengembangan diri dan juga menambah penghasilan bagi keluarga.
Budidaya tomat sudah berlangsung semenjak Maret 2020 yang lalu. Sampai saat ini terhitung sudah tiga kali panen, dengan hasil lumayan, menambah penghasilan keluarga. Sebagai guru swasta, tentu kita tidak bisa berharap pada gaji yang diperoleh apa lagi masa covid, tetapi lewat pengembangan pertanian, bisa menambah pendapatan dalam rumah tangga.
John mengatakan bahwa pengalaman mengembangkan pertanian khususnya budidaya tomat, bukan tanpa kendala misalnya, soal hama, harga pasaran yang fluktuatif, tetapi kendala yang dihadapi menjadi point pembelajaran penting sehingga persoalan yang dihapai ke depan tidak terulang.
Literasi Pertanian yang inovatif
Sistem pertanian inovatif yang dikembangkan oleh John, adalah bagian dari literasi pertanian yang dikembangkan dengan gaya modern berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Ada beberapa orang ikut termotivasi dan telah mengembangkan sistem pertanian yang sama, setelah menyaksikan dari dekat cara kerja dengan pola pertanian moderen dan inovatif.
John yang adalah pengurus Forum Taman Baca, (FTBM) Kabupaten Belu, berkeinginan mengembangkan literasi dibidang pertanian, khusunya tanaman umur pendek, Â tomat dan sayuran lainnya. Pengalaman dan kemampuan yang dimiliki menjadi modal dasar untuk mengedukasi anak-anak dan masyarakat luas untuk mengembangkan pertanian yang inovatif.
Benar bahwa ilmu harus dipelajari lewat mebaca buku-buku, tetapi juga perlu diaplikasikan dalam kehidupan konkrit. Sebagai contoh, seorang petani perlu menguasai literasi pertanian yang berperan dalam meningkatkan pendapatan kualitas hidup petani.
Ada empat tingkatan literasi, yakni kemampuan untuk mengumpulkan sumber bacaan, kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dan tersurat, kemampuan untuk mengemukakan ide dan gagasan, dan kemampuan untuk menciptakan barang dan jasa yang bermutu, seperti budidaya tomat yang sekarang dikembangkan.
Semoga banyak orang termotivasi untuk mengembangkan pertanian, apa lagi di masa civid ini, sehingga menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga. Teruslah mengedukasi masyarakat lewat literasi di bidang pertanian. Percayalah, perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil. Salam literasi.
Atambua, 22.02.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H