Menilai orang lain jauh lebih mudah ketimbang menilai diri sendiri. Betapa sulitnya menilai diri. Masalahnya kita tidak proporsional dalam menilai. Kita merasa benar sendiri ketika dibandingkan dengan orang lain. Merasa benar belum tentu benar, sebab kebenaran hakiki tidak berdasarkan pertimbangan rasa tetapi pada kesesuain antara pikiran dan kenyataan.
Supaya kita sadar siapa diri kita maka hal pertama adalah menempatkan diri pada posisi terendah. Orang yang tinggi hati tidak akan pernah menemukan kekurangannya.
Berada pada posisi terendah tidak berarti pesimis, terhina, tapi sekedar tahu diri. Bila kita benar kita tidak perlu sibuk mempromosikan diri, juga tidak perlu mewartakannya, biarkan orang melihat dan menilainya. Yang namanya kebenaran akan tetap benar meski dimanipulasi. "Emas akan tetap emas, sekalipun ditempatkan di kandang babi."
Terkadang sadar diri itu lebih penting daripada mengeluh. Bukan merasa tak pantas tetapi sekedar tahu diri. Tidak mengejar bukan tak cinta tetapi kadang itulah cara orang sadar diri. Butuh keberanian untuk mengatakan, "kamu tidak salah, hanya saja aku yang tidak tahu diri."
Kita juga tidak perlu kecewa karena diremehkan sebab, direndahkan tidak mungkin menjadi sampah, disanjung tidak mungkin menjadi rembulan. Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tapi tentang siapa yang mau berbuat baik, siapa yang sungguh bekerja dan siapa yang sibuk dengan pencitraan.
Cobalah untuk bertahan sebab setiap orang membacamu dengan pemahaman dan pengalaman yang berbeda. Jangan putus asa. Teruslah melangkah selama engkau di jalan yang benar, meski terkadang kebaikan tidak selalu dihargai.
Tidak usah repot-repot menjelaskan tentang dirimu, sebab yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu.
Menilai orang lain itu baik, tapi lebih baik menilai diri sendiri. Melihat orang lain itu baik tetapi masih lebih baik melihat diri sendiri. Mengalahkan orang lain itu baik tetapi masih lebih baik mengalahkan diri sendiri. Jangan cepat-cepat membenarkan diri karena kita hanyalah manusia biasa yang terus belajar arti kehidupan.
Atambua, 20.12.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H