Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hujan

31 Oktober 2020   23:56 Diperbarui: 1 November 2020   04:16 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Genggam tanganku jangan bimbang. Tak usahlah lagi dikenang. Naif diri yang pernah datang
Jadikan pelajaran sayang", (Dengar Bisikku The Rain).

Hari ini hujan datang menyapa bumi, menyapu debu jalanan. Setelah sekian lama pergi tanpa pesan kapan pastinya kembali, toh pada akhirnya dia datang juga. Sudah lama memang bumi menanti hujan. Banyak orang mengeluh panas. Pohon-pohon pada gersang, tandus dan nyaris tanpa tanda kehidupan.

Semua orang berteriak panas. Semua berharap hujan cepat datang. Rindu akan turunnya hujan menjadi kerinduan bersama. Dan akhirnya hujan datang. Di jalanan becek. Bumi yang tadinya gersang dan tandus mulai lelihatan lembab. Dan tanah mulai basah.

Banyak orang bersorak gembira menyambut kedatangannya. Apa lagi kami di daerah perbatasan Timor Leste. Selama ini hampir semua berteriak kekurangan air. Semua sumber air yang tadinya kering karena ganasnya musim kemarau, mulai berair.

Hujan ini adalah hujan berkat. Berkat bagi bumi yang hampir mati kekeringan. Betapa sayangnya pencipta bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia. Semua makhluk diberi air gratis. Bahasa kitab suci, "Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar", (Matius 5:45).

Hujan yang membasahi bumi, menjadi bukti cinta Tuhan yang sungguh luar biasa bagi makhluk ciptaaNya, termasuk manusia. Tuhan mencintai bumi dan isinya menembus sekat-sekat perbedaan. Semua sama di mata Tuhan. Buktinya Ia menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi kita semua, baik orang benar maupun orang jahat.

Lantas, apa yang mesti kita buat?

Kita dipanggil untuk:

1. Mensyukuri anugerah Tuhan dengan cara, setia pada iman dan mengamalkan sabdaNya. Menjalani hidup seturut kehendakNya.

2. Menjaga dan melestarikan  bumi. Bertanggung jawab dan mengisi hidup dengan menjaga dan melestarikannya.

3. Setia pada Tuhan. Mari kita merawat bumi. Mari kita menjaga dan melestarikan ciptaan Tuhan. Mari kita hidup seturut kehendakNya. Jadikan pengalaman sebagai guru kehidupan. Semoga**

Atambua, 30.10.20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun