Apakah kalian pernah mendengar kata "Culture Jamming" ?
Saya yakin beberapa dari kalian belum pernah mendengar kata tersebut karena saya juga baru pertama kali mendengarnya ketika membahas materi tersebut :)
Namun setelah mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari ternyata culture jamming cukup banyak bertebaran disekitar kita loh.
Postmodernisme X Culture Jamming
Culture Jamming lahir dari pandangan postmodernisme. Dimana postmodernisme merupakan budaya yang muncul dikarenakan gagalnya budaya modernisme. Pandangan postmodernisme menganggap bahwa, budaya modernisme tidak berhasil menepati janji untuk membawa kehidupan manusia tanpa kekerasan (Setiawan & Sudrajat, 2018). Dalam modernisme, banyak kritik yang timbul dari adanya permainan kekuasaan dan kebenaran sepihak, maka dari itu postmodernisme hadir untuk melanjutkan dan mengkritik modernisme.
Menurut (Setiawan & Sudrajat, 2018), pandangan postmodernisme terhadap ilmu  pengetahuan  adalah subjektif  dan  interpretasi  dari  manusia  itu sendiri, sehingga kebenarannya adalah relatif. Sedangkan, modernisme menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan haruslah mutlak dan objektif, tidak  adanya  nilai  dari  manusia.
Semua klaim kebenaran postmodernisme terbentuk dalam wacana dan terikat dalam budaya. Perlu diketahui pula bahwa postmodernisme bukan termasuk dalam konsep sejarah namun lebih kepada "struktur perasaan" (Barker & Jane, h. 235). Postmodernisme juga terdapat pada bidang seni, dalam hal ini pandangan postmodernisme membuat hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari, hilangnya batas antara budaya-tinggi dan budaya pop, hilangnya orisinalitas dan kejeniusan, dan akhirnya menimbulkan asumsi bahwa kini seni cuma bisa mengulang-ulang masa lalu (Ryadi, 2004).
Karena dalam postmodernisme juga lebih mementingkan permainan bahasa, maka untuk merepresentasikan politik, postmodernisme menghadirkan culture jamming. Yang merupakan praktik untuk membalikkan pesan media massa, khususnya iklan melalui sindiran artistik (Barker & Jane, 2016, h. 241). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melawan konsumerisme dan bentuk yang dilakukan dapat berupa memperbaharui logo, pernyataan, gambar produk sehingga dapat meningkatkan kekhawatiran terhadap apa yang dikonsumsi. Pelaku yang melakukan hal ini disebut dengan Jammers.
Gambar dalam Kemasan Rokok
Pada pembahasan kali ini, kalian tentu familiar dengan produk yang akan dibahas. Ya betul sekali, rokok. Siapa yang tidak tahu rokok? Saya yakin yang membaca artikel ini pasti tau bahwa asap rokok pembunuh yang berbahaya.
Banyak zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok seperti nikotin, karbon monoksida, tar, hidrogen sianida, benzena, amonia, formaldehida, arsenik dan kadmium (alodokter.com). Banyaknya zat-zat berbahaya membuat masyarakat yang bukan perokok resah sehingga mereka membuatkan sindiran-sindiran halus.
Mungkin dari kalian yang sedang membaca artikel ini juga merupakan perokok aktif. Jika kalian perokok tentu kalian sudah tidak asing lagi dengan gambar yang ada pada kemasan rokok kalian. Kalian juga tentu tahu maksud dari gambar tersebut apa. Nah hal itulah yang dinamakan Culture Jamming.
Banyak sekali poster-poster yang menyindir para perokok aktif namun hal tersebut tetap tidak berfungsi. Mungkin beberapa dari perokok aktif awalnya akan mulai mencoba untuk berhenti merokok dengan adanya gambar pada kemasan rokok namun tak banyak juga yang hanya menghiraukan gambarnya.
kesehatan diri masing-masing dan yang pasti juga orang-orang terdekat karena bukan hanya perokok aktif yang mendapatkan efek dari asap rokok namun perokok pasif juga memiliki efek yang sangat besar.
Sindiran yang terdapat pada kemasan rokok, ditambahkan dengan gambar artis Indonesia, dan bahkan ada pula gambar orang yang sedang menguburkan jenazah. Gambar yang ditampilkan seolah-olah sedang berbicara kepada perokok, tentu hal tersebut bertujuan agar para perokok mulai sadar untuk menghentikan kebiasaan buruk merokok tersebut sehingga baik perokok aktif maupun perokok pasif tidak ada yang dirugikan. Selain itu, Jammers ingin menyadarkan para perokok untuk menjagaJadi masih ingin merokok ga? Nanti Raisa ga suka sama kalian loh kalo kalian merokok, hehehe. Atau nanti kalau kalian terlalu banyak merokok malah jenazahnya susah dikebumikan, mau kalian? Atau jangan-jangan kalian malah lebih milih merokok daripada membayar uang kos? Hehehe :p
Alodokter.com. (2019). 9 Kandungan Rokok yang Berefek Mengerikan untuk Tubuh. Diakses pada 28 Maret 2021Â
Barker, C. & Jane, E. A. (2016). Cultural studies: Theory and practice. (5th ed.). London: SAGE Publications.
Ryadi, A. (2004). Postmodernisme Versus Modernisme. Studia Philosophica Et Theologica, 4(2), h. 90-100. Diakses pada 28 Maret 2021
Setiawan, J., & Sudrajat, A. (2018). Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat, 28(1), h. 25-46. Diakses pada 28 Maret 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H