Mohon tunggu...
Chris D.a
Chris D.a Mohon Tunggu... -

Just an ordinary man. Hard-worker, husband, father

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Kita dan Separuh Senja

2 Oktober 2015   10:13 Diperbarui: 2 Oktober 2015   11:04 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

By : Cres (93)

 

“Pa, apakah kau mencintaiku?”

Berulang kali pertanyaanmu menghantuiku pada separuh senja yang sudah kita lewati bersama. Berulang kali pula aku menatapmu dan berusaha mencari jawaban yang tepat.

Tapi sebelum aku mampu menemukan jawaban itu, desahmu mematahkan sinar senja yang berkilau di sekitar kita, “Ya, aku tahu. Kau memang tak pernah mencintaiku. Tak apa-apa.”

Aku menatapmu dan menemukan ruang kosong yang begitu luas. Ruang yang seharusnya kuisi dengan lipatan-lipatan cinta yang kupunya.

Apakah aku mencintaimu?

Kita menatap senja yang sama dalam sunyi. Menatap ke satu arah dan hanya terpisah sejauh sejengkal jari.

Apakah aku memang benar-benar tak mencintaimu?

Lalu apa namanya rasaku ketika melihatmu terbaring sakit beberapa waktu yang lalu? Ketika tiba-tiba saja aku menemukan bahwa aku begitu takut kehilanganmu? Bahwa aku tak ingin beranjak sedikit pun dari jangkauan tatapan matamu? Dari sisimu?

Kau mencintaiku. Ya, aku tahu, meski bibirmu pun jarang mengatakannya. Matamulah yang menyiarkan segala rasa yang kau punya untukku. Matamu yang indah. Yang penuh kehangatan dan selalu bisa menentramkan hatiku.

Aku pernah tak mencintaimu. Ya, itu kau tahu. Dulu, saat waktu baru saja bergulir sedikit untuk memberi kesempatan kita bertemu. Tapi bagaimana setelah waktu terus menggulung kita hingga separuh senja sudah menjelang?

“Ini rasaku, Ma,” aku hanya mampu membisikkannya. “Tak mampu berpikir tentang arti kehilangan dirimu.”

“Apakah itu cinta, Pa?” kau menyergah tiba-tiba.

“Cinta itu apa sebenarnya?” aku balik bertanya.

Kau kembali membisu menatap separuh senja. Tak mau menjawab? Ataukah tak mampu menjawab? Seperti aku juga tak mampu menjawab seribu kali tanya yang sudah kau ucapkan?

“Kita telah sekian lama bersama,” kuraih jemarimu dan kugenggam erat. “Telah menyatukan hati dan janji. Telah berusaha menyamakan langkah walaupun masih timpang sesekali.”

“Tapi apakah kau mencintaiku?”

Untuk kesekian kalinya pertanyaanmu membuatku mati kutu. Aku berusaha untuk tak kelihatan putus asa.

“Lalu kau pikir apa artinya kesetiaanku selama ini?” hanya itu yang bisa kuungkapkan, pada akhirnya.

“Karena kau sudah terlanjur berjanji untuk menikahiku dalam ikatan sehidup-semati.”

Telak. Kau menghantamku dengan begitu telak. Dan kau benar adanya. Tapi tak juga persis seperti itu!

“Aku sudah terbiasa menghabiskan separuh waktuku bersamamu,” gumamku, separuh rasa. “Sudah terbiasa menerima setiap belaianmu. Tak sanggup bila harus kehilanganmu. Karena kau separuh nyawaku.”

Kau menatapku kini. “Benarkah?”

Aku mengangguk.

“Aku merasakan hal yang sama,” kau menyusupkan kepalamu dalam pelukanku.

Aku mencium aroma rambutmu yang mulai dihiasi helai-helai keperakan. Selalu harum.

“Dan kupikir itu adalah wujud cintaku padamu,” kau balas memelukku. “Kurasa kau memang sebenarnya mencintaiku.”

Kuraih wajahmu dan kurangkum dalam tanganku. Lalu aku melihat seribu pendar berlompatan keluar dari mata indahmu. Dan begitu saja aku mengatakannya. Membuatmu terpana.

“Ya, aku mencintamu. Sangat mencintaimu.”

Lalu kita kembali bersama menatap separuh senja. Saling menggenggam tangan. Dan sungguh, aku tak mau kehilangan setiap momen indah tentang kita dan separuh senja yang sudah kita lampaui.

Aku ingin melewatkan semua sisa senja itu, hingga malam akhirnya tiba.

Hanya bersamamu.

__________

(Persembahan cinta untuk Pertiwiku)

* Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community
* Silakan bergabung di FB Fiksiana Community

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun