Mohon tunggu...
Credentia Gisela
Credentia Gisela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Sedang berada di semester tujuh dan sedang mencoba untuk tetap produktif. Sambil diikuti, sambil dilihat kontennya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Manfaat Multiplatform pada Jurnalisme Multimedia

25 Oktober 2021   15:59 Diperbarui: 26 Oktober 2021   13:20 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 5. Fitur Komentar pada Halaman Berita. / dokpri

Jurnalisme di Indonesia kian hari berkembang kian pesat. Sadar tak sadar, kita sudah melewati masa-masa membeli koran di toko kelontong atau di pemberhentian lampu merah untuk sekadar membaca berita, begitupun informasi yang kita dapatkan hanya update per satu hari.

Selain koran, mungkin di antara kita juga pernah jadi penghafal jadwal siaran berita di televisi atau radio. Semua kita lakukan untuk mendapatkan informasi terkini mengenai lingkungan kita.

Namun, tidak praktis rasanya karena kita harus menyediakan waktu senggang untuk bisa menyimak berita secara detail. Koran misalnya, ukurannya yang besar mengharuskan kita untuk duduk santai demi bisa membacanya. Televisi? Tentu harus terkoneksi dengan aliran listrik, belum lagi jika mengalami kendala layar semut. Radio mungkin bisa kita dengarkan sembari berkendara di mobil, namun dalam keadaan mendesak kita takkan bisa memperhatikan ucapan penyiar dengan seksama.

Bagaimana dengan keadaan sekarang? Sebagian besar masyarakat telah mengenal internet, meskipun kedalamannya berbeda-beda. Sama halnya dengan jurnalisme, banyak redaksi telah beralih dari media cetak menjadi media online.

Tak perlu lagi menyediakan waktu khusus untuk mencari informasi lewat media berita, karena kecanggihan internet menyediakan fitur search engine atau kolom pencarian untuk memudahkan. Contohnya, berita mengenai vaksin COVID-19. Cukup mengetik kata kunci 'vaksin COVID-19' maka akan muncul belasan, puluhan, bahkan ratusan berita mengenai topik tersebut dari banyak sekali sumber.

Jurnalisme Multimedia

Penjelasan di atas menyebutkan perubahan dari jurnalisme media cetak ke jurnalisme digital atau jurnalisme online. Pernahkah Anda mendengar istilah jurnalisme multimedia?

Coba kita tengok kembali ke media cetak. Di dalamnya hanya terbatas foto dan tulisan saja, itupun dominan pada tulisan. Biasanya, dalam satu berita hanya menyajikan satu atau dua foto saja, yang mungkin belum dapat mendukung tulisan sepenuhnya.

Internet saat ini mengizinkan penggunanya untuk mengunggah mulai dari tulisan, foto, hingga video (audiovisual) bahkan dalam limit yang tak berujung. YouTube misalnya, sebuah platform berbasis video memperbolehkan penggunanya untuk mengunggah video dengan durasi berjam-jam. Bagaimana dengan Instagram? Mulanya Instagram hanya fokus pada foto dan tulisan yang dimuat pada caption saja. Kini, Instagram memiliki fitur IGTV dengan durasi maksimal 15 menit.

Saat ini, praktik jurnalisme memanfaatkan multimedia untuk meningkatkan daya tarik dan konten informasi dalam beritanya. Seorang pakar kajian media asal Universitas Amsterdam menyatakan bahwa multimedia menjadi salah satu penyajian berita dengan beragam format, yakni audio, teks, musik, foto, dan animasi.

Tak hanya itu, jurnalisme multimedia juga mengedepankan konsep interaktivitas dan hypertextual. Interaktivitas yang dimaksud adalah bagaimana mendapatkan tanggapan dari pembaca, sehingga ada unsur timbal balik di dalamnya. Saat ini banyak ditemukan portal berita online yang memberikan fitur kolom komentar sehingga pembaca dapat mengurai gagasan mereka terhadap berita yang diterima.

Fitur hypertextual memudahkan baik dari penulis berita maupun pembaca untuk terarah pada berita-berita lainnya. Dalam sebuah tulisan, hypertext atau hyperlink dicantumkan pada satu kata atau kalimat dan secara otomatis terhubung pada tautan lain. Bagi penulis, hypertext mempermudah mereka untuk menunjukkan referensi berita senada kepada pembaca. Bagi pembaca, hypertext membantu menambah informasi tanpa harus ribet mencari sumber baru lagi.

Jurnalisme Multimedia di Indonesia

Mari kita intip implementasi jurnalisme multimedia di Indonesia. Silakan klik tautan berikut ini detikNews - Berita hari ini di Indonesia dan Internasional (detikNews merupakan salah satu sub-berita dari detikcom). Tautan barusan juga menjadi contoh hypertext dalam jurnalisme multimedia, karena platform yang Anda gunakan saat ini (Kompasiana) juga merupakan platform jurnalisme online.

Gambar 1. Laman Utama detikNews. (dokpri)
Gambar 1. Laman Utama detikNews. (dokpri)

Setelah membuka link di atas, akan muncul laman pertama seperti ini (Gambar 1). Pada kotak biru, terdapat Infografis, Foto, dan Video. Apabila opsi tersebut dipilih, maka akan muncul berita-berita yang secara spesifik berwujud infografis, foto, maupun video.

Lanjut ke tautan salah satu berita dari detikNews (Mayat Pria Terbungkus Kain Ditemukan di BKT Cilincing, Diduga Dibunuh (detik.com)). Halaman yang muncul akan seperti Gambar 2. Sebelum masuk ke tulisan, pembaca disajikan sebuah foto ilustrasi pendukung berita.

Gambar 2. Contoh Foto pada Halaman Berita (Dokpri)
Gambar 2. Contoh Foto pada Halaman Berita (Dokpri)

Apabila di-scroll ke bawah, muncul dua video yang sebenarnya tidak ada korelasinya dengan berita yang diunggah, namun menjadi pendukung bagi media berita tersebut untuk mengarahkan pembaca berita yang lain (Gambar 3 dan 4).

Gambar 3. Contoh Video pada Halaman Berita (1) / dokpri
Gambar 3. Contoh Video pada Halaman Berita (1) / dokpri

Gambar 4. Contoh Video pada Halaman Berita (2) / dokpri
Gambar 4. Contoh Video pada Halaman Berita (2) / dokpri

Selain teks, foto, dan video, detikNews juga memiliki fitur kolom komentar. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, gunanya untuk mendapatkan feedback dari pembaca (Gambar 5).

Gambar 5. Fitur Komentar pada Halaman Berita. / dokpri
Gambar 5. Fitur Komentar pada Halaman Berita. / dokpri

Multiplatform Media Berita

Masih berbicara soal jurnalisme multimedia, tahukah Anda bahwa media berita turut memanfaatkan platform media sosial sebagai wadah saluran berita?

Tetap dengan contoh detikNews, media ini memiliki segelintir platform lain sebagai wadah berita mereka, seperti Instagram (Gambar 6), Facebook (Gambar 7), Twitter (Gambar 8), dan YouTube (Gambar 9). Sebagai sub-berita dari detikcom, pada platform lain, media detikNews menggunakan nama detikcom.

Gambar 6. Halaman Instagram detikcom. (Dokpri)
Gambar 6. Halaman Instagram detikcom. (Dokpri)

Gambar 7. Halaman Facebook detikcom. (dokpri)
Gambar 7. Halaman Facebook detikcom. (dokpri)

Gambar 8. Halaman Twitter detikcom. (dokpri)
Gambar 8. Halaman Twitter detikcom. (dokpri)

Gambar 9. Halaman YouTube detikcom. (dokpri)
Gambar 9. Halaman YouTube detikcom. (dokpri)

Manfaat Multiplatform pada Jurnalisme Multimedia

Apakah dengan banyaknya platform yang digunakan untuk keperluan jurnalisme multimedia memberikan dampak yang signifikan, utamanya dampak positif?

Belum pasti. Nyatanya, setiap platform memiliki ciri khas dan fitur yang berbeda-beda. Platform A mungkin dominan pada teks, memberikan limit yang tak terbatas, sedangkan platform B bisa jadi membatasi teks pada seratus kata, namun memungkinkan untuk sebuah video dapat berdurasi hingga satu jam.

Melansir Media Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny Gerard Plate menyatakan bahwa media harus semakin merambah dunia digital, sebab persaingan media cetak dan televisi semakin sempit. Sarana pada media digital harus dimanfaatkan untuk merebut pembaca maupun penonton.

Selain dari segi bisnis, konteks 'merebut pembaca' dapat diartikan bahwa pengguna internet tidak tentu menggunakan seluruh media yang tersedia. Bisa saja ada yang tak update di situs berita, namun selalu mencari informasi melalui media sosial mereka.

Dari segi yang lain, multiplatform sangat mendukung fitur hypertext. Sebagai contoh, sebuah berita yang ingin menggunakan video berdurasi lama untuk mendukung berita mereka. Adanya platform khusus video yakni YouTube tentu saja sangat menolong media untuk mengarahkan pembaca untuk menonton video pada kanal YouTube mereka. Dengan demikian, keinginan agar pembaca dapat menjadi penonton juga dapat terwujud.

Penjelasan di atas membuktikan bahwa jurnalisme multimedia yang memanfaatkan multiplatform telah berusaha penuh untuk menjelajahi era digital demi memenuhi kebutuhan masyarakat informasi. Perubahan zaman merupakan suatu hal yang wajar, sehingga tak masalah apabila masyarakat harus meninggalkan media cetak dan beralih ke media digital untuk kehidupan yang lebih baik.

Meski begitu, pemerintah sebagai perpanjangan tangan masyarakat juga harus menemukan cara untuk memfasilitasi mereka yang mungkin tak sanggup untuk membiayai keperluan internet sehari-hari.

Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga termasuk pengguna internet yang mencari informasi melalui media multiplatform?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun