Memasuki penghujung tahun 2021, eksistensi media dalam teknologi informasi dan komunikasi seperti media sosial semakin tinggi. Dapat kita lihat hampir setiap orang di sekeliling kita memiliki setidaknya satu akun media sosial. Mereka tidak terbatas oleh kalangan manapun, misalnya usia.Â
Anda sebagai pengguna Kompasiana pun turut andil dalam menjaga eksistensi media masa kini. Sebagaimana jurnalisme dimaksudkan untuk membantu menyebarkan informasi bagi masyarakat, Kompasiana turut menjadi wadah jurnalisme dalam media internet.
Jurnalisme sebagai pengumpul informasi dan penyebar pesan
Pernah mendengar istilah jurnalisme digital? Mungkin Anda pernah mendengarnya dalam sebutan lain seperti jurnalisme online, jurnalisme multimedia, dan jurnalisme siber.
Sallaveria (2019) menjelaskan bahwa istilah jurnalisme digital berkaitan dengan segala wujud jurnalisme yang menggunakan sumber daya teknologi digital. Jangkauannya sangat luas, tidak hanya dalam jaringan internet saja, namun juga termasuk radio dan televisi digital.
Pada prinsipnya, proses pengumpulan informasi hingga penyebarannya tidak berbeda dengan jurnalisme konvensional seperti pada media cetak. Jurnalis mencari informasi dari segenap sumber kemudian disusun sesuai dengan newsvalue (konsep nilai berita) dan standar redaksi masing-masing.
Perbedaan yang terdapat pada jurnalisme digital adalah diseminasi informasi kepada publik. Pada media konvensional, setiap media mempunyai kekhususannya tersendiri. Seperti media cetak yang fokus pada tulisan, televisi fokus pada audiovisual, dan radio pada audio saja.
Jurnalisme digital memungkinkan semuanya terjadi. Di sinilah proses diseminasi yang berbeda, di mana pada satu media digital dapat ditemukan adanya tulisan, audio, dan visual sekaligus.Â
Kehadiran jurnalisme digital menghadirkan segelintir media baru berbentuk portal berita online, yang membuat khalayak umum mulai meninggalkan media konvensional. Tidak hanya portal berita resmi, media sosial turut menjadi wadah jurnalisme digital.
Media sosial memberikan fitur interaktif yang membuat masyarakat cenderung lebih menyukainya, sehingga media sosial kini dijadikan pula sebagai wadah informasi. Meski begitu, tidak ada yang dapat menjamin keakuratan informasi dari media sosial. Sejumlah media berita turut bergabung dalam beberapa media sosial besar seperti Facebook, Twitter, dan Instagram; namun tersaingi oleh kemudahan masyarakat biasa dalam berbagi informasi.
Mengapa media sosial menjadi ancaman?
Di tahun 2012, Dewan Pers mengadakan survei terhadap 157 wartawan yang hasilnya menyatakan bahwa 96% dari mereka memiliki akun media sosial. 76% di antaranya menggunakan media sosial untuk pemantauan, 46% sebagai sumber ide berita, dan 31% mencari narasumber lewat media sosial. Selain itu, 75% di antaranya mengontak kembali orang yang mereka kutip ucapannya di media sosial dan 14% menyatakan hanya sebagian yang mereka verifikasi ulang.
Benar adanya bahwa media sosial memberikan manfaat signifikan bagi jurnalis dalam mengumpulkan berita. Lalu, apa yang menjadi ancaman?
Keberadaan media sosial menjadikan tidak hanya wartawan atau jurnalis saja yang dapat mengirimkan informasi kepada publik, namun publik sendiri dapat menciptakan dan menyebarluaskan informasi secara mandiri dan tanpa batasan.
Bahaya yang dapat timbul adalah tidak semua orang memahami bahwa sebuah pesan perlu untuk diperiksa kembali mengenai keakuratannya. Seorang jurnalis resmi pasti memiliki wawasan mengenai check and recheck sebuah berita sebelum kemudian mempublikasikannya ke muka umum.
Hoaks menjadi satu wujud yang sudah sering sekali muncul di media sosial. Berita bohong yang tidak dipertanggungjawabkan isinya dapat memprovokasi seseorang untuk turut menyebarkan. Sebab, semua orang memiliki kepercayaan masing-masing, sehingga sangat dimungkinkan bahwa sebuah hoaks dapat dipercaya oleh banyak pribadi.
Walaupun demikian, media sosial tetap menjadi wadah yang baik selama penggunanya juga dapat mengoperasikannya dengan tepat pula. Bukan secara teknis, namun mengenai konten yang mengisinya.
Dengan adanya konten yang positif, akurat, dan tepat, maka media sosial tidak lagi menjadi ancaman bagi jurnalisme digital.
Dengarkan juga lewat podcast hanya di Anchor:
https://anchor.fm/credentia-gisela/episodes/Media-Sosial-sebagai-Ancaman-Bagi-Jurnalisme-di-Masa-Depan-e18k286
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H