Mohon tunggu...
Atiar
Atiar Mohon Tunggu... Petani - Penulis Lepas

Selalu takut jika tidak mencoba

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengapa Generasi Muda Menjauhi Pertanian Lalu Bagaimana Keberlanjutan Pertanian Indonesia?

14 November 2024   22:59 Diperbarui: 14 November 2024   23:33 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
okulasi batang karet unggul sumber gambar: dokpri

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan potensi pertanian yang besar, dengan kekayaan alam dan tanah yang subur Indonesia bisa di sebut negara terkaya dalam hal potensi hasil alam, terutama di bidang pertanian. Pemanfaatan Sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam sekala yang besar, namun ironisnya petani di Indonesia usia mereka rata-rata sudah tidak muda lagi dan sementara jumlah petani muda terus menurun.

Fenomena ini menjadi perhatian serius karena sektor pertanian adalah tulang punggung perekonomian nasional, terutama di daerah pedesaan. Apa penyebab minimnya minat petani muda, dan apa yang bisa dilakukan untuk menarik mereka kembali ke sektor ini?. 

Dr. Andi, Pakar Pertanian dan Teknologi mengatakan bahwa "Pertanian kita masih perlu banyak adaptasi teknologi agar lebih menarik bagi kaum muda. Ketika inovasi diterapkan dalam pertanian, itu bisa membuka jalan baru untuk pekerjaan yang tidak hanya fisik, tetapi juga intelektual." 

Dr. Andi, menegaskan bahwa, sistem pertanian di Indonesia harus sudah berpadu dengan teknologi, agar petani lebih cerdas dan inovatif. Jika sistem ini di terapkan di Indonesia, maka peminat dalam sektor pertanian akan meningkat, mengingat pola kerja yang lebih efektif dan memudahkan petani dalam bekerja.

Lalu, apa penyebabnya peminat petani muda masih minim?

Pandangan Negatif terhadap Profesi Petani. Banyak generasi muda yang masih menganggap bahwa menjadi petani bukan profesi yang menjanjikan. Anggapan ini muncul dari kesan bahwa petani mengalami kesulitan ekonomi, penghasilan yang tidak menentu, serta kondisi kerja yang berat. 

Pandangan ini diperparah dengan stigma sosial di mana profesi petani sering kali dianggap sebagai pekerjaan 'kelas bawah' atau kurang bergengsi.

Kurangnya Inovasi dan Teknologi dalam Pertanian Tradisional. Pertanian di Indonesia sering kali masih dilakukan dengan metode tradisional yang kurang efisien dan tidak ramah terhadap generasi muda yang akrab dengan teknologi modern. 

Tanpa inovasi, sektor ini terlihat kurang menarik dan membosankan. Padahal, dengan kemajuan teknologi, pertanian modern dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efisien, tetapi akses ke teknologi tersebut masih terbatas di daerah pedesaan.

kurangnya Dukungan Finansial dan Kebijakan yang Memadai. Banyak petani muda kesulitan mendapatkan modal untuk memulai usaha pertanian, baik karena kurangnya akses ke pinjaman atau risiko investasi yang tinggi. 

Selain itu, kebijakan pemerintah yang terkadang kurang mendukung dalam hal harga komoditas, distribusi, dan perlindungan pasar juga membuat pertanian menjadi sektor yang tidak stabil untuk dijadikan pilihan karir. Tanpa dukungan dari pihak-pihak terkait, usaha pertanian untuk anak muda menjadi semakin sulit.

Lalu, langkah-langkah kongkrit apa yang diperlukan agar menarik minat petani muda?

Menyediakan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Modern. Pendidikan pertanian berbasis teknologi modern harus ditingkatkan. Program pelatihan khusus untuk pemuda perlu diperbanyak dengan memperkenalkan inovasi, seperti pertanian berbasis Internet of Things (IoT), drone untuk pemantauan lahan, hingga sistem irigasi otomatis. 

Pemerintah dan lembaga terkait juga bisa menggandeng perguruan tinggi dan perusahaan swasta untuk menyediakan inkubator bisnis bagi calon petani muda.

Pemberian Akses Modal yang Lebih Mudah. Pemerintah perlu memperluas skema pembiayaan yang mudah diakses oleh petani muda, misalnya melalui kredit dengan bunga rendah atau program bantuan modal usaha untuk sektor pertanian. Selain itu, skema kolaborasi dengan investor swasta dan program inkubasi agribisnis dapat menjadi solusi untuk membantu anak muda yang ingin memulai usaha di bidang ini.

Mengubah Citra Profesi Petani melalui Sosialisasi dan Kampanye Positif. Pemerintah dan media perlu melakukan kampanye yang menyosialisasikan bahwa profesi petani adalah profesi mulia dan penting bagi keberlangsungan negara. 

Dengan menampilkan petani sukses yang memanfaatkan teknologi modern, diharapkan citra positif ini dapat menarik minat generasi muda. Kisah sukses petani muda yang berhasil di sektor pertanian harus lebih sering dipublikasikan agar dapat menginspirasi lainnya.

Minimnya minat petani muda merupakan masalah serius yang harus segera ditangani. Susi Pudjiastuti, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan bahwa "Untuk menjaga ketahanan pangan, kita perlu memastikan bahwa anak muda tertarik ke sektor pertanian. Kalau pemerintah tidak segera memberikan dukungan, kita akan kehilangan regenerasi petani." 

Dengan mengubah pandangan negatif tentang profesi petani, menyediakan pendidikan dan teknologi modern, serta mempermudah akses modal, diharapkan generasi muda tertarik untuk kembali terjun ke sektor pertanian. Pandangan para tokoh menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan perubahan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun