Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan potensi pertanian yang besar, dengan kekayaan alam dan tanah yang subur Indonesia bisa di sebut negara terkaya dalam hal potensi hasil alam, terutama di bidang pertanian. Pemanfaatan Sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam sekala yang besar, namun ironisnya petani di Indonesia usia mereka rata-rata sudah tidak muda lagi dan sementara jumlah petani muda terus menurun.
Fenomena ini menjadi perhatian serius karena sektor pertanian adalah tulang punggung perekonomian nasional, terutama di daerah pedesaan. Apa penyebab minimnya minat petani muda, dan apa yang bisa dilakukan untuk menarik mereka kembali ke sektor ini?.Â
Dr. Andi, Pakar Pertanian dan Teknologi mengatakan bahwa "Pertanian kita masih perlu banyak adaptasi teknologi agar lebih menarik bagi kaum muda. Ketika inovasi diterapkan dalam pertanian, itu bisa membuka jalan baru untuk pekerjaan yang tidak hanya fisik, tetapi juga intelektual."Â
Dr. Andi, menegaskan bahwa, sistem pertanian di Indonesia harus sudah berpadu dengan teknologi, agar petani lebih cerdas dan inovatif. Jika sistem ini di terapkan di Indonesia, maka peminat dalam sektor pertanian akan meningkat, mengingat pola kerja yang lebih efektif dan memudahkan petani dalam bekerja.
Lalu, apa penyebabnya peminat petani muda masih minim?
Pandangan Negatif terhadap Profesi Petani. Banyak generasi muda yang masih menganggap bahwa menjadi petani bukan profesi yang menjanjikan. Anggapan ini muncul dari kesan bahwa petani mengalami kesulitan ekonomi, penghasilan yang tidak menentu, serta kondisi kerja yang berat.Â
Pandangan ini diperparah dengan stigma sosial di mana profesi petani sering kali dianggap sebagai pekerjaan 'kelas bawah' atau kurang bergengsi.
Kurangnya Inovasi dan Teknologi dalam Pertanian Tradisional. Pertanian di Indonesia sering kali masih dilakukan dengan metode tradisional yang kurang efisien dan tidak ramah terhadap generasi muda yang akrab dengan teknologi modern.Â
Tanpa inovasi, sektor ini terlihat kurang menarik dan membosankan. Padahal, dengan kemajuan teknologi, pertanian modern dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efisien, tetapi akses ke teknologi tersebut masih terbatas di daerah pedesaan.
kurangnya Dukungan Finansial dan Kebijakan yang Memadai. Banyak petani muda kesulitan mendapatkan modal untuk memulai usaha pertanian, baik karena kurangnya akses ke pinjaman atau risiko investasi yang tinggi.Â