Mohon tunggu...
Atiar
Atiar Mohon Tunggu... Petani - Penulis Lepas

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Musik Sape sebagai Identitas Suku Dayak

15 Februari 2024   08:41 Diperbarui: 15 Februari 2024   08:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan alat musik sape (sumber gambar: dokpri)

Indonesia merupakan Negara sejuta seni, kesenian di Indosensia begitu melimpah salah satunya adalah sape. Sape merupakan alat musik suku dayak bentuknya ini mirip dengan gitar. Cara memainkannya pun sama-sama dipetik. 

Sape yang merupakan alat musik tradisional Kalimantan  sering digunakan untuk mengiringi acara-acara ritual masyarakat suku dayak.

Pada umumnya Sape terbuat dari kayu pelaik dalam bahasa sub suku dayak Mali yang masih banyak terdapat di hutan Kalimantan. Di bagian luar atau body sape selalu menampilkan corak ukiran khas Suku dayak. 

Ukiran tersebut sangat dominan dan memenuhi permukaan alat musik yang memiliki panjang sekitar 1 meter itu.

Alat musik Sape merupakan alat musik petik dimana proses pembuatannya sesuai dengan tradisi dan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai artistik dari suku dayak. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari bentuk Sape yang menyerupai perahu dan diukir dengan motif khas suku dayak.

Awalnya dawai yang digunakan untuk memainkan sape terbuat dari rotan atau ijuk pohon raruk (pohon aren). Seiring perkembangan jaman dawai sape telah diganti menggunakan kawat rem sepeda atau senar gitar. Bagian dasar Sape terbuat dari rotan yang menggunakan sarang kelulut (sarang lebah kecil) sebagai penempel grid sape. Sape dimainkan dengan mengikuti perasan pemainnya.

Dalam tradisi masyarakat dayak yang dekat dengan alam, alunan Sape biasanya mengikuti alam sekitarnya. Pola permainan Sape biasanya mengulang - ulang beberapa birama. 

Keindahan alunan Sape muncul karena birama pertama bisa saja muncul kembali pada birama kesepuluh dan seterusnya. Sape biasanya dimainkan di Rumah Panjang atau Rumah Betang, rumah komunal masyarakat dayak.

Awalnya, alat musik Sape diciptakan oleh seorang yang terdampar di Karangan (pulau batu kerikil di tengah sungai) karena perahunya karam diterjang riam bersama rekan - rekannya dan hanya terdapat satu orang yang selamat dari kecelakaan perahu tersebut. 

Pada saat tidur dalam keadaan sadar dan tidak sadar orang tersebut mendengar alunan suara alat musik petik yang indah dari dasar sungai dengan bayangan alat musik yang menyerupai perahu. 

Orang tersebut percaya bahwa roh nenek moyang yang memberikannya petunjuk dan sejak saat itu dia membuat alat musik yang menyerupai perahu yang kini disebut Sape.

Alunan yang keluar dari alat musik ini sangat indah. Hal yang menarik lagi dari alat musik sape bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern, seperti gitar, bass, drum dan keyboard. Sape biasa dimainkan untuk mengiringi berbagai tarian khas dayak pada perayaan-perayaan kesenian yang penuh dengan kegembiraan. 

Tidak hanya itu, Konon dulunya alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi proses pengobatan seseorang yang terserang penyakit.

Saat ini di Kalimantan sape sangat berkembang peminatnya. Banyak masyrakat yang tertarik untuk mempelajari dan memaikan alat musik ini. Tidak jarang juga mereka melakukan pengembangan dengan memainkan lagu moderen menggunakan Sape.

Berbagai jenis dawai yang dimiliki Sape, ada yang antara empat sampai enam senar. Selain itu, ada pula Sape yang berdawai dua, jenis ini disebut Sape' Karaang' yang biasa digunakan untuk mengiringi tari-tari yang memiliki gerakan menghentak.

Nada yang dihasilkan alat musik ini bergantung pada waktu memainkannya, yakni siang hari, malam hari, atau perayaan acara tertentu. 

Apabila alat musik tradisional ini dimainkan pada siang hari, nada yang dihasilkan adalah riang gembira dan penuh keceriaan. Sementara itu, jika dimainkan pada malam hari, nada yang dihasilkan ialah irama syahdu, sedih, serta sendu.

Dalam keseharian, Sape juga dimainkan saat keluarga besar berkumpul. Bahkan, instrumen satu ini ampuh untuk menghibur salah satu anggota keluarga yang sedang bersedih atau berduka atas suatu hal. Lain halnya ketika sampe dimainkan pada saat upacara adat.

Suasana akan berubah menjadi lebih sakral, sehingga seluruh orang yang mengikuti upacara tersebut akan diam dan menghayati tiap nada yang dihasilkan oleh instrumen ini. Siapa pun yang mendengar petikan Sape hingga merasakan sensasi merinding. Mereka akan turut melantunkan doa maupun mantra khusus.

Tak jarang pula terjadi kerasukan roh leluhur dan roh halus, saat suasana magis ini tercipta. Alat musik sampe juga secara umum dapat digunakan sebagai alat penyampai perasaan. Berbagai macam perasaan dapat dituangkan melalui alat musik ini.

sekian penjelasan dari saya tentang alat musik tradisional dayak, Provinsi Kalimantan. Mari kita mengenal lebih banyak lagi kebudayaan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun