Mohon tunggu...
Kosasih Ali Abu Bakar
Kosasih Ali Abu Bakar Mohon Tunggu... Dosen - Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Penguatan Karakter

Baca, Tulis, Travelling, Nongkrong, Thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdaya Hadapi Batasan

5 Juli 2024   22:05 Diperbarui: 6 Juli 2024   05:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika membaca judul tulisan ini, hal yang terpikirkan pertama kali oleh saya adalah penyintas. Tapi setelah saya dalami lagi, saya melihat sesuatu yang lebih, ini adalah sebuah  gerakan. Penyintas itu lebih kepada diri sendiri, sedangkan gerakan lebih kepada kumpulan penyintas, mereka yang berempati untuk duduk bersama, berikrar bersama, dan kemudian melakukan aksi bersama secara kolaboratif dan berkesinambungan.

Berdaya Hadapi Batasan ini merupakan sebuah topik dari Gelar Wicara yang dilakukan oleh Kemendikbudristek. Mengangkat praktik-praktik baik dari wanita-wanita hebat di Indonesia. Ada Franka Makarim, Cinta Laura, Ayu Kartika Dewi, dan Sukmawati. Franka, selain dari istri Mas Menteri juga seorang pengusaha sukses. Cinta Laura, semua pasti kenal ia, seorang artis, pecinta lingkungan hidup, dan dikenal sebagai artis yang smart. Ayu Kartika Dewi, seorang Staf Khusus Presiden yang menangani masalah isu-isu intoleransi. Akhirnya, Sukmawati adalah seorang mahasiswi alumni program mahasiswa mengajar.

Silahkan lihat di:

https://www.instagram.com/reel/C9CSojUJwBN/?igsh=MW93Mmk4NjJ3dWhkMA== 

Berdaya Hadapi Batasan amat mengena dengan seorang wanita. Wanita, menurut saya adalah makhluk Tuhan yang luar biasa. Ada beberapa orang yang terkadang menganggap seorang pria lebih tinggi dari wanita, karena Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam. Tidak sedikit yang memandang wanita itu hanya sebagai pelengkap, atau cukup dirumah saja yang tugasnya melahirkan dan membesarkan anak saja. Bahkan ada yang beranggapan jika wanita itu hanya sebagai pemuas nafsu pria. Ironis.

Tentu saja, perlu diakui juga secara umum jika pria lebih kuat fisiknya dari wanita serta wanita harus mengandung selama 9 bulan dan melahirkan. Dalam fase ini, kondisi seorang wanita lebih rentan dan amat bergantung kepada seorang pria atau orang lain. Hal penting lainnya,  wanita sering kali menjadi korban terbesar dalam sebuah pertikaian atau perang, seperti menjadi objek eksploitasi seks. 

Sejarah terus membuktikan jika seorang wanita itu tidak kalah dari pria dalam segala aspek ketika diberikan kesempatan yang sama. Bahkan seorang wanita kerap kali berperan ganda, selain seorang Ibu juga menjadi kepala rumah tangga yang ikut mencari uang. 

Wanita hebat seringkali ada disamping pria hebat yang ada di dunia ini. Peran mereka menjadi begitu sentral bagi seorang pria. Ini kerap kali disebut kepada seorang istri yang mendampingi seorang pria hebat. Tidak hanya itu, seorang wanita hebat bagi setiap orang, Ibu kita, akan lahir manusia-manusia hebat ketika dibesarkan oleh Ibu yang hebat.

Seorang Muhammad amat dibantu pergerakannya oleh seorang Khadijah. Seorang Habibie begitu mencintai Ainun, Ainun sendiri memilih meninggalkan profesi dokternya demi membesarkan Ilham dan Tareq, kedua anaknya. Soeharto tidak pernah lepas dari sosok Ibu Tien. Bung Karno sendiri dalam perjuangannya menuju kemerdekaan didampingi oleh seorang Inggit. Dan banyak lainnya.

Melihat ini, saya semakin yakin bahwa tagline Berdaya Hadapi Batasan adalah karakter dari wanita itu sendiri. Batasan-batasan yang melekat pada seorang wanita tidak kemudian menjadikan mereka menyerah. Wanita sepertinya ditakdirkan untuk bisa selalu bangkit mengatasi persoalan kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun