Mohon tunggu...
Kosasih Ali Abu Bakar
Kosasih Ali Abu Bakar Mohon Tunggu... Dosen - Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Penguatan Karakter

Baca, Tulis, Travelling, Nongkrong, Thinking

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cinta Bersama Rasa, Hasrat, dan Akal

11 Maret 2024   07:50 Diperbarui: 11 Maret 2024   08:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bila sesuatu berdasarkan cinta, maka apa yang dilakukan akan sepenuh hati. Terkadang, makna sepenuh hati itu membuka potensi diri kita, sehingga membuat diri kita kaget dengan apa yang bisa dilakukan, bahkan ada yang menyebutnya irasional atau cinta itu buta. Terbayang oleh kita, ketika masa memadu kasih ada banyak hal yang seolah-olah kita lalui dengan begitu saja, padahal awalnya tidak pernah terpikirkan bisa dilakukan, seolah-olah potensi kita bisa terbuka.

Tapi, cinta dengan sepenuh hati itu harus punya tujuan. Cinta tanpa tujuan akan penuh dengan dinamika rasa yang terkadang menghabiskan energi besar. Itulah rasionalnya, tapi terkadang ketika cinta lebih besar maka semua itu tidak menjadi masalah.

Cinta itu menggerakkan, cinta itu memberi dan meminta, cinta itu ada interaksi. Maka, cinta itu membutuhkan kunci yang tepat untuk memudahkannya dalam menggerakkan. Kunci yang dimaksud adalah titik atau spot yang ketika disentuh maka ia akan bisa menggerakkan semuanya. Ada kesepahaman yang sudah terbangun disana. Mencari titik ini memerlukan waktu dan saling membagi dan bercerita. Ini juga yang disebut dengan ikatan terbuat dari sebuah cinta. 

Bila sudah seperti ini, ketika cinta sepenuh hati sudah menemukan titik point menggerakkan, maka cinta seperti ini akan lama, bahkan cenderung kuat hingga masanya.

Akhirnya, cinta itu sebuah keniscayaan yang bisa datang berulang dan berulang, itu adalah ujian diri kita sebagai manusia yang penuh rasa, hasrat, dan pemikiran. 

Hal yang harus dilakukan ketika seseorang itu ada rasa atau rindu, maka pastikan jika ia tidak datang dari hasrat dan pemikiran, tapi dari hati atau rasa. Bila itu rasa, maka segera ajak akal terlebih dahulu untuk menjelaskan, jangan kepada hasrat, demi menjaga cinta itu tetap pada takaran dan koridornya serta rasional. Tapi seringkali melawan rindu itu juga menjadi pekerjaan rumah, kembali kematangan dan kedewasaan yang kemudian dibutuhkan.

Karena ketika rasa didahulukan bersama dengan hasrat, adalah semakin memperkuat ikatan, semakin menguatkan cinta. Inilah kemudian yang sering disebut dengan cinta buta atau ketika sudah mulai irasional, ketika hasrat sudah menunjukkan kekuatannya maka sering kali kekuatan akal akan melemah. 

Akhirnya, jatuh cinta itu adalah anugerah dan memang sunnatullah, ketika Tuhan memberikan kita hasrat dan rasa. Akalah yang kemudian menjadi penyeimbang. Guna menjaganya, maka aturan antara hubungan laki-laki dan perempuan di fasilitasi dalam pernikahan. Ketika pernikahan harus ada mahar, ijab kabul, saksi, dan wali nikah. Sehingga pernikahan itu harus tercatat dan disaksikan orang lain.

Islam sendiri memperbolehkan poligami yang menurut teman saya seharusnya ketat persyaratannya. Teman saya mengatakan poligami itu seperti pintu darurat di pesawat, baru bisa digunakan bila ada arahan dari pilot serta ada alasan, tidak karena sekedar hasrat saja. Sambil bercanda, ia katakan jika pilotnya itu adalah istri kita, harus ada ijin istri.

Tidak hanya itu, dalam hubungan laki-laki dan perempuan dalam pernikahan, perceraian adalah hal yang paling dibenci oleh Tuhan. Bahkan Tuhan katakan karena perceraian seseorang maka Arsy atau singgasana Tuhan di langit ke 7 akan bergetar. Seperti itu Tuhan amat mempedulikan tali ikatan dalam sebuah pernikahan.

Jagalah ikatan pernikahan yang sudah kita pilih dan Tuhan bahkan telah merestuinya. Semoga Tuhan selalu bersama kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun