Mohon tunggu...
Kosasih Ali Abu Bakar
Kosasih Ali Abu Bakar Mohon Tunggu... Dosen - Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Penguatan Karakter

Baca, Tulis, Travelling, Nongkrong, Thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Hamka Vol 1 (Yang Membentuk Karakter Hamka: Rasional, Religius/Tauhid, Merdeka, Nasionalis))

1 Mei 2023   10:43 Diperbarui: 1 Mei 2023   11:02 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Tokoh Minangkabau yang kemudian sering dipanggil Buya Hamka. Seorang Ulama (tokoh Muhammadiyah, Ketua MUI Pertama), penulis (pemimpin banyak redaksi), penyair (pembuat novel dan pantun), dan politisi (Masyumi), bahkan pemimpin gerakan gerilya bersenjata melawan Belanda di Sumatera Barat.

Sosok Hamka sendiri dalam film volume pertama ini diawali dengan scene Hamka dikunjungi istri dan keluarganya pada tahun 1960-an, masa di akhir kekuasaan Bung Karno. Buya Hamka sendiri dipenjara karena perlawanannya kepada pemerintahan Bung Karno dengan sistem demokrasi terpimpin, ia menyuarakannya ketika ia mewakili Partai Masyumi pada waktu itu. Ia juga ditangkap karena ada indikasi ingin membunuh Bung Karno. Pada waktu itu Bung Karno memang banyak memasukkan ke penjara lawan politiknya.

Menarik dari film ini, film ini menceritakan bagaimana tulisan-tulisan Hamka telah menarik pejuang kemerdekaan, bahkan Bung Karno sendiri. Analisis-analisisnya dalam memberikan dukungan kepada Bung Karno dan pejuang lainnya telah amat membantu dalam pembuatan opini di masyarakat melalui tabloid Pedoman Masyarakat di Deli, Medan.

Kegigihannya dan analisisnya dalam tulisan itu telah menarik hati Bung Karno hingga mengundang Hamka bertemu dengannya di pengasingannya, Bengkulu. Pertemuan 2 tokoh itu bersamaan dengan kegiatan Muhammadiyah di Bengkulu. Bahkan kedekatan yang seperti tidak terlihat ini diperlihatkan dengan keinginan Bung Karno agar imam sholat dirinya ketika akan menghadapi alam kubur oleh Hamka.k

Hamka muda adalah seorang yang religius sekaligus seorang nasionalis. Karakter kereligiusan Hamka di dalam film itu diceritakan sebagai seorang yang moderat. Tidak hanya itu, dikatakan jika ide dasar kehidupannya adalah tauhid. Iapun berda'wah dengan menyebarkan ketauhidan. Ia melakukan perlawanan dengan pemikiran-pemikiran Islam yang kolot dan tidak mau menerima hal baru dari luar karena dianggap kafir, dst. Ia juga berani melakukan da'wah melalui penulisan novel-novel seperti "Di Bawah Lindungan Ka"bah", "Tenggelamnya Kapal Van de Wizh", dan "Tasawuf Moderen". Gerakan perubahan ini identik dengan Muhammadiyah, sesuai dengan organisasi yang ia ikuti.

Sedangkan untuk karakter nasionalisnya adalah jelas. Ia mendarah daging ingin memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hampir sama dengan banyak tokoh pejuang kita, perjuangan kemerdekaan bangsa ini selalu mengutamakan kepentingan nyawa rakyat Indonesia. Ia termasuk yang mengikuti strategi pendiri bangsa yang memutuskan melakukan kerjasama dengan Jepang demi menyelamatkan banyak nyawa karena kekejaman tentara Jepang dan memanfaatkan kampanye Jepang yang akan melindungi Asia. Keputusannya itu menyebabkan ia dikucilkan walaupun ia berhasil mengayomi banyak orang dan tokoh dari kekejaman tentara Jepang, sedikit banyak.

Hamka juga seseorang yang mencoba membawa pemikiran baru tentang tasawuf dan tarekat. Ia berupaya membawa pemurnian tasawuf ke dalam ajaran agama yang sesuai dengan syariat yang dzahir untuk mencapai ketenangan batin dan kedekatan dengan Tuhan. 

Serupa dengan ide pemikiran tentang arti zuhud itu adalah di batin, walaupun secara dzahir penuh dengan kekayaan. Hamka sepertinya ingin memberikan pemikiran bila bagi seorang muslim itu tidak apa menjadi orang yang kaya, namun tidak boleh menjadikan budak dari kekayaan atau menjadikan kekayaan sebagai Tuhan. Dan semuanya itu ada di hati. Mendekatkan diri kepada Tuhan bukan kemudian menjauhkan diri dari kehidupan dunia. 

Hamka secara pribadi adalah seorang anak tokoh agama di Minangkabau, tokoh agama yang membawa pemikiran perubahan di Minangkabau, melawan kekolotan. Ia juga seorang anak yang broken home, sejak kecil ayah dan ibunya telah berpisah. Hamka muda dikatakan seorang yang nakal dan pintar juga peduli akan agama. Kehidupan Hamka juga dikatakan penuh kesederhanaan, sejak muda bahkan hingga akhir hayatnya. Begitu juga dengan keluarganya. Istri Hamka juga digambarkan begitu dicintai Hamka dan kerap menjadi kawan diskusinya. 

Hamka muda juga digambarkan suka mengembara, mengenal dunia lain, ia merantau sejak umur 16 tahun dan berguru kepada tokoh-tokoh terkenal pada waktu itu, bahkan ia sempat belajar di Mekkah belajar agama dan bahasa arab. Hamka juga digambarkan amat mencintai Ibunya dan menghormati ayahnya. Perpisahan ayah dan ibunya sudah barang tentu mempengaruhinya. Tapi itu malah menjadikannya sosok yang tangguh dan terbuka.

Dalam akhir film Hamka vol. 1 ini, Hamka yang setelah berstrategi atau berpolitik untuk bekerja sama dengan Jepang, karena dalam pemikirannya ia tidak ingin terlalu banyak jatuh korban dari masyarakat sipil sekaligus mengambil "pengetahuan" Jepang sehingga bisa mengalahkan sekutu serta mengoptimalisasikan "keuntungan" kampanye Jepang sebagai saudara Asia. Akibatnya, setelah kekalahan Jepang oleh sekutu, ia kemudian dikucilkan oleh organisasi Muhammadiyah Sumatera Timur. 

Ia sendiri, tidak pernah takut bila dirinya yang disusahkan tapi lebih kepada mengayomi kepentingan umat. Buat Hamka kepentingan agama dan umat lebih utama daripada kepentingan pribadinya. Hal ini terlihat ketika ia berseteru dengan pemerintah Bung Karno dengan pemikiran demokrasi terpimpinnya dan ketidaksetujuan akan pemikiran komunisme.

Kembali, diakhir film volume 1 ini, akan dikisahkan bagaimana nanti dalam film volume ke 2 Hamka akan memimpin gerakan gerilya melawan tentara sekutu yang mencoba mencaplok kembali kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta.

Pada volume 1 ini, digambarkan karakter seorang Hamka dan apa yang membentuknya. Tidak sabar menanti volume ke duanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun