Untuk perundungan seringkali disebut sebagai sebuah perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau kelompok atau orang lain karena adanya ketidakseimbangan kekuasaan sehingga bisa dilakukan secara berulang-ulang secara fisik, verbal, sosial dan cyber-bullying. Dampak perundung dilihat dari dampak mental, fisik, emosional, dan prestasi serta bisa langsung terlihat atau traumatik.
Sedangkan kekerasan seksual bisa dikatakan paksaan dari satu pihak terhadap pihak lain secara seksual karena yang bertujuan memiliki kuasa atas pihak yang dipaksa. Dalam kekerasan seksual hal yang menjadi perhatian penting adalah efek yang besar akan tetapi paling sulit dibuktikan. Hal ini disebabkan karena adanya kelumpuhan sementara ketika kekerasan terjadi yang sering kali berakibat kepada menyalahkan korban karena suka sama suka atau diri sendiri.
Demi menyasar dan mendekatkan diri sekaligus upaya menyadarkan kepada generasi z dan milineal maka Kemendikbudristek melakukan pendekatan yang khas untuk penguatan karakter, yaitu penyebarluasan konten yang berhubungan dengan profil pelajar Pancasila dan tiga dosa tersebut pada media sosial. Kemudian secara aktif mereka yang terpapar konten akan mencaritahu sendiri dalam rangka mengeksplorasi, memahami dan melakukannya (active learning) serta menyebarkannya kembali pesan yang didapat.Â
Namun, hal ini perlu dilakukan strategi pendampingan, yaitu pemberdayaan ekosistem pendidikan melalui berbagai kegiatan baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kolaborasi dengan berbagai pihak juga amat perlu dilakukan, perlu disadari sesungguhnya penguatan karakter adalah tugas semua komponen bangsa.
Hal yang perlu dipahami jika kebijakan penguatan karakter sudah dilakukan ini tentunya tidak langsung terasa dampaknya, perlu waktu dan kesinambungan dalam implementasinya.
Penguatan profil pelajar Pancasila dan pencegahan serta penanganan tiga dosa besar bertujuan untuk menjadikan generasi penerus bangsa ini menjagi generasi yang percaya diri melalui terciptanya sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Sekaligus sebagai upaya agar bonus demografi yang dimiliki tidak menjadi bencana geografi, khususnya bagi generasi milineal dan Z yang akan menjadi pemegang tongkat estafet selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H