Mohon tunggu...
risza nugraha
risza nugraha Mohon Tunggu... -

Risza Nugraha masih berstatus mahasiswa belajar menulis untuk berbagi tertarik pada banyak hal dan masih ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Bangsa yang Akan Mampu Bangkit Kembali

20 Mei 2010   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu masa, tersebutlah sebuah bangsa yang baru saja merasa lepas dari belenggu. Sebagian besar manusia dalam bangsa tersebut mengalami euforia yang luar biasa. Mereka merayakan sebuah kebebasan dengan turun konvoi ke jalan, menggunakan sepeda motor menggeber-geber gas, meneriakkan yel-yel, membawa spanduk dan bendera, menggelar konser dangdut, dan setiap malam mereka mabuk minuman keras sambil berjudi. Pemimpin-pemimpin mereka, segelintir orang yang mengaku memiliki andil lebih besar dari yang lain dalam memperjuangkan kebebasan bangsa, sibuk membuat rancangan tentang bagi-bagi kekuasaan, proyek-proyek yang hanya berorientasi keuntungan finansial dan membikin daftar kekayaan alam mana saja yang bebas dieksploitasi.

Tiba gilirannya bangsa tersebut berganti generasi. Sebuah generasi yang masih bereuforia merayakan kebebasan. Dengan sering kebablasan. Sedikit-sedikit mengatas namakan kebebasan. Kebebasan berkelompok, kebebasan berpendapat, beranggapan bahwa setiap individu memiliki kebebasan yang tanpa batas. mereka sering lupa bahwa sebuah bangsa bukanlah milik sebuah individu. lalu kebebasan-kebebasan itu semakin sering berbenturan. kebebasan - kebebasan itu mulai saling memakan. lalu kebebasan-kebebasan itu menjelma menjadi sebuah belenggu baru. membelenggu saudara, keluarga, teman, sahabat, sebangsa dan setanah air.

Kondisi carut marut dalam bangsa itu telah menyebar, menggerogoti jiwa-jiwa yang bernaung. Manusia-manusia dalam bangsa itu mulai mencari pelarian. mereka menukar kiblat sosial budaya asli yang mereka miliki dengan milik bangsa lain. Persatuan mereka tereduksi. Masing-masing bagian saling menuntut otonomi. Perlahan-lahan bangsa tersebut mulai kehilangan jati diri. Disebabkan keadilan yang berlari sambil menutup mata.

Segelintir orang mencoba cari solusi. mereka membuka-buka kembali lembaran sejarah. mereka mencari jiwa dalam setiap peristiwa. mereka menelaah fakta-fakta yang telah memerdekakan bangsa itu sebelumnya. Mereka tidak membentuk kelompok baru, namun membentuk forum mediasi antar kelompok. Mereka menyerukan persatuan. Mereka menyerukan bahwa bukan kebodohan yang menjadi musuh utama bangsa ini, namun ketidak -bijaksanaan. Mereka tetap menyunggingkan senyum dalam setiap perjuangan meski diteror berkali-kali. Mereka saling mengulurkan tangan. Mereka menolak dengan halus bantuan dari bangsa lain karena mereka masih yakin bangsa ini masih mampu bangkit kembali dengan usaha sendiri.

Sebuah semangat kebersamaan untuk memperjuangkan kemakmuran bersama. bukan untuk diri mereka sendiri, namun untuk kehidupan anak cucu mereka supaya menjadi lebih baik.

Terima kasih untuk semua perintis persatuan
Terima kasih untuk pejuang kebersamaan
Selalu tanamkan prinsip kebangkitan, keyakinan kebersamaan dalam keadilan dan kebenaran.
Sejarah bukan sekedar untuk dirayakan. Apalagi secara berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun