Akhir-akhir ini rakyat Indonesia dapat melihat dan menilai secara kritis kualitas para politisi yang dipercayakan untuk mengemban suara hati nurani rakyat. Ada yang hanya diam namun terus mengeluh, ada yang mengeluh dan miris dengan tindak tanduk dan tuturan beberapa politisi kita. Di balik semua sikap itu, publik Indonesia menuntut agar para politisi perlu menata diri dan tutur politiknya sehingga mampu mencerahkan persepsi publik mengenai arti hakiki dari politik.
Dengan kata lain, tuturan para politisi seharusnya mengantar masyarakat kepada perubahan paradigmatik tentang saling menghargai, harmoni, kerukunan dan bukan kepada saling membenci, "menyinyir", atau bahkan saling membunuh satu sama lain. Kalau ini sampai terjadi maka benarlah kata-kata filsuf Itallia, Niccolo Machiaveli: "Membunuh sesama warga, mengkhianati kawan, curang, keji, tak peduli agama, tidak dapat disebut kegagahan. Cara-cara macam ini dapat memenangkan kekuasaan tetapi bukan kemuliaan."
Kita memang tetap harus dan patut menghargai usaha keras para politisi kita untuk membawa hati nurani rakyat Indonesia. Akan tetapi kita juga patut mengingatkan bahwa tuturan para politisi kita seharusnya mengubah secara signifikan tindak-tanduk politisi itu sendiri, yaitu menjadi manusia yang bertanggung jawab atas diri sendiri, dan mampu memberikan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Manila, 20 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H