Mohon tunggu...
Dwiki Achmad Thoriq
Dwiki Achmad Thoriq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Paruh Waktu

Saya adalah editor waktu luang di Wikipedia dan Wiktionary serta penulis paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengulas Khazanah "Dongeng Pendek tentang Kota-Kota dalam Kepala"

22 September 2023   23:43 Diperbarui: 8 Februari 2024   17:48 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: Dongeng Pendek tentang Kota-Kota dalam Kepala

Penulis: Mashdar Zainal

Penerbit: DIVA Press

Cetakan: Juni 2017

Tebal: 216 halaman

ISBN: 978-602-991-401-2

"Sulaman itu begitu rapi dan bersih. Tak ada darah mengalir ataupun luka berarti. Ia menjahitnya begitu saja. Seperti menjahit sebuah kain yang terbelah. Seperti menjahit sebuah luka yang menganga." ---Mashdar Zainal dalam "Perempuan yang Menjahit Bibirnya Sendiri"

NOVEL adalah wujud dari pemikiran penulis yang dimatangkan dengan menuangkannya ke dalam sebuah tulisan. Berbagai macam hal diharapkan mampu memengaruhi pembaca dan membuat mereka terbawa ke dalam rasa yang ingin sang penulis ungkapkan tatkala mereka menuliskannya sebagai sebuah karya sastra. Tak mudah untuk melakukannya. Perlu diksi atau pemilihan kata yang pas serta penulisan alur yang tepat dan jitu.

       Mashdar Zainal adalah seorang penulis hebat yang mampu menulis sebuah buku dongeng dengan berbagai cara out of the box untuk memberikan kesan dan pesan tersendiri terhadap orang yang membaca karyanya. Di kala klise dalam sebuah karya sastra menjadi suatu hal yang garing dan cepat mengunggah kebosanan seseorang, ia berhasil melawan kegaliban tersebut melalui buah pemikirannya yang cemerlang. Sulit untuk menebak dan menerka apa yang akan terjadi dalam sesuatu yang ingin ia curahkan. Penafsiran buku dongeng ini adalah salah satu wujud dari fenomena tersebut.

       Metode fiksionalisasi realitas merupakan cara yang ia gunakan untuk memengaruhi pembaca di dalam dinamika kebudayaan yang kini menjadi suatu isu. Hal ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan terhadap fakta ilmiah yang merendah. Malah, sugesti dari informasi tanpa sumber yang valid justru lebih dipercayai. Hasilnya, masyarakat kini lebih mudah termakan oleh berita hoaks ataupun kepercayaan populer. Budaya latah atau fomo seakan mendukung fenomena tersebut. Maka dari itu, bacaan dengan pengaruh yang mampu mengubah cara berpikir seseorang menjadi sebuah kewajiban.

        Setiap bab yang ada dalam buku dongeng iki menyiratkan kumpulan peristiwa fiktif yang melukiskan pesan moral dan nasehat yang mampu membukakan mata dan melapangkan hati. Nilai kehidupan seperti hidup bermasyarakat; hubungan keluarga, pertemanan, dan percintaan; serta kepribadian dikemas secara apik. Meskipun begitu, segala hal yang dikisahkan dalam tiap babnya merupakan cerminan dari fenomena dunia nyata yang menjadi inspirasi untuk membangun batang tubuh buku ini. Tak lupa, pengalaman pribadi dari sang penulis pastinya menjadi bumbu yang memberi rasa ke dalam isi tiap babnya.

       Di dalam prolog (hal 5--18), dijelaskan berbagai ciri khas tentang bagaimana sang penulis, Mashdar Zainal, membawakan kumpulan dongeng yang ia tulis dengan metode fiksionalisasi realitas. Gaya bahasa yang sarat akan sindiran---baik secara tersirat, tersorot, maupun tersurat---membangun kritik terhadap fenomena sosial dan budaya yang kini marak terjadi. Sebagian besar peristiwa di dalamnya merupakan hal fiktif (tak nyata) yang dikemas ulang dari peristiwa nyata yang telah terjadi. Namun, penyampaian yang digunakan tidak lain dan tidak bukan merupakan sindiran, sehingga makna yang ingin penulis sampaikan dapat dengan cepat dipahami. Sebagian besar fiksionalisasi peristiwa masih relevan terhadap hal yang terjadi di sekitar kita.

      Terdapat 20 bab dalam buku dongeng ini. Masing-masing alur dan penokohan yang digambarkan di dalamnya dapat dengan mudah diikuti, sehingga pembaca bisa dengan mudah menangkap alur cerita dari sang penulis. Walaupun tersirat, metafora yang digunakan memiliki diksi yang efektif untuk dinalar dan dipahami nilai-nilainya. Akan ada dampak positif setelah membaca satu bab buku ini, dan untuk menyempurnakannya, nilai moral dari setiap babnya dapat dijadikan kesimpulan: sesuatu pasti ada ada alasannya.

      Sekilas, sampul depan dan judul dari buku dongeng ini menyiratkan akan saratnya alur yang menceritakan problematika kehidupan. Akan tetapi, setelah membacanya, ternyata terkandung banyak kisah tragis ataupun trauma yang dimulai dengan pembukaan yang terlihat tidak akan memberikan akhir semengejutkan itu. Contohnya seperti bab "Seekor Kucing Hitam" yang mengajarkan untuk tidak terlalu cepat meluapkan amarah dan membenci sesuatu. Fenomena ini disebut dengan plot twist atau putaran alur. Pembaca bisa belajar untuk tidak terlalu cepat menilai atau menanggapi sesuatu, melainkan memahami dan mempelajari ada apa di balik sesuatu yang terjadi. 

      Dongeng Pendek tentang Kata-Kata dalam Kepala adalah suatu wujud kreativitas penulis dalam menggaungkan kritik sosial dan menyentuh hati seseorang. Saratnya kalimat yang puitis dapat mengasah sisi kesusastraan dari seseorang yang membacanya dengan sepenuh hati. Dengan pembawaan yang begitu berpengaruh, pembaca akan lebih memahami nilai sosial dan kebudayaan serta menjadi motivasi untuk memahami makna kehidupan ataupun menulis puisi, cerpen, dongeng, bahkan novel melalui cara yang serupa---bahkan bisa saja lebih baik.

     ") Dwiki Achmad Thoriq, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun