Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku "Pasukan Buzzer"

30 November 2021   22:32 Diperbarui: 30 November 2021   22:52 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Judul Asli : Comment Corps

Judul Terjemahan : Pasukan Buzzer

Penulis : Chang Kang-Myoung

Alih Bahasa :Iingliana

Editor : Juliana Tan dan Rata Fitrah

Ilustrator Sampul : Martin Dima

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020653785

Harga (P. Jawa) : Rp95.000

Kombinasi yang tepat antara kebohongan dan kebenaran menghasilkan efek yang jauh lebih besar daripada 100% kebohongan (Pasukan Buzzer)

Pengguna media sosial tentu familiar dengan hashtag atau tagar (#) yang muncul serentak dan seragam pada sebuah event atau kejadian yang tidak biasa. Tagar-tagar (#) biasa muncul saat ada kampanye produk baru, promosi sebuah brand, bahkan pada masa pemilihan kepala daerah, atau ada kejadian luar biasa yang menimpa sebuah institusi. Naiknya sebuah frasa menjadi populer atau trending di sebuah sosial media tentunya membutuhkan banyak orang atau akun supaya tagar tersebut cepat naik dan dilihat banyak orang. Para pelakunya sering disebut sebagai buzzer.

Pasukan Buzzer merupakan novel karya Chang Kang-Myoung.  Pasukan Buzzer merupakan kisah dari Sam-goong, Chatatkat, dan 01810, tiga orang Buzzer dari Korea Selatan. Tiga rekan ini merupakan anggota dari sebuah tim yang bernama Tim Aleph. Awalnya Tim Aleph ini adalah penyedia jasa marketing seperti promosi dan endorse. 

Selain itu, Tim Aleph juga menerima permintaan untuk melakukan kampanye hitam pada produk-produk tertentu dengan memberikan komentar negatif di media sosial atau di web produk yang mereka incar. Pembunuhan karakter juga menjadi sumber penghasilan dari Tim ini.

Bagi Tim Aleph, tidak peduli siapa yang mempekerjakan mereka, selama mereka mendapatkan bayaran yang memuaskan, maka mereka akan melakukan segala cara untuk membuat kekacauan di dunia maya. Keahlian mereka dalam memanfaatkan sosial media mulai dilirik oleh sebuah kelompok yang tidak diketahui identitasnya untuk menghancurkan sebuah situs yang dikenal sebagai Cafe Jumda selama satu bulan

Cara yang mereka lakukan sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan yang sudah umum terjadi di Indonesia yaitu dengan membuat akun kloning atau akun alter. Kenapa bukan akun anonim? Nah, disinilah menariknya metode buzzer Korea ini. Mereka benar-benar menggunakan akun orang yang memiliki identitas, kehidupan dan latar belakang . 

Bukan sekedar akun kosong yang ribut-ribut di internet. Identitas-identitas palsu ini disediakan oleh organisasi yang membayar mereka. Sehinga saat ada yang melakukan pengecekan silang terhadap akun-akun ini, mereka akan menemukan bahwa orang ini "ada". Sungguh mengerikan bahwa ada kelompok yang begitu berkuasa hingga bisa menciptakan individu yang terlihat nyata tetapi orangnya entah siapa.

Amarah dan kebencian adalah cara paling ampuh untuk memancing emosi publik (hal 52)

Tim Aleph benar-benar mengerti cara mempermainkan psikologi anggota komunitas yang mereka targetkan. Pasukan Buzzer tahu bahwa mereka harus memancing emosi, bukan logika (hal 7). Tim Aleph memanfaatkan emosi kolektif pengguna yang timbul jika menghadapi musuh bersama. 

Perdebatan akan muncul, dan tim Aleph akan memanasinya dengan komentar-komentar di sana-sini menggunakan aku-akun palsu yang mereka miliki. Dengan mengadu domba iniah situs yang mereka targetkan akhirnya ditinggalkan para anggotanya.

Kombinasi yang tepat antara kebohongan dan kebenaran menghasilkan efek yang jauh lebih besar daripada 100% kebohongan.

Satu tugas berakhir ke dengan tugas lain. Imbalan yang diberikan semakin besar, tingkat kesulitannya juga semakin tinggi. Tim Aleph tanpa sadar mereka menjadi pion bagi kelompok yang memiliki kepentingan politik yang bisa mengguncang sebuah negara.

Buku Pasukan Buzzer diawali dengan pengenalan tiga tokoh dibalik Tim Aleph. Pengenalan ini termasuk cara kerja di balik keberhasilan kerja mereka sebagai buzzer yang akhirnya membuat mereka dilirik oleh kelompok rahasia. Chang Kang-Myoung memilih metode bercerita yang tidak umum dalam sebuah novel yaitu dengan menggunakan bentuk transkrip wawancara. 

Salah seorang anggota Tim Aleph menjadi narasumber yang membeberkan mengenai cara kerja tim mereka. Teknik bercerita ini membuat pembaca seolah-olah tidak membaca sebuah novel tetapi laporan investigasi. Segaa macam teori sudah bersileweran di kepala saat membaca awal novel ini. 

Pembaca tidak akan dikecewakan karena selayaknya novel yang mengandung unsur konspirasi, terdapat sebuah plot twist di dalamnya. Yang mengejutkan, plot twist tadi akan kembali di twist dan endingnya benar-benar tidak terduga. 

Reaksi saya ketika selesai membaca buku ini adalah : Gilaaaa, kok bisa sih kepikiran mainin pembaca gini. Yah, namanya juga "buzzer", pandai memainkan psikologi pembaca dan membuat bingung antara fakta atau hanya rekaan.

Yang saya sedikit menyayangkan, saya tidak merasakan ada ikatan antara tokoh di dalam buku ini. Membaca buku ini memang benar-benar seperti membaca sebuah reportase bagi saya. Jadi begitu buku ini selesai, selesai juga koneksi dengan Tim Aleph ini. Tidak kepikiran bagaimana nasib mereka selanjutnya atau apakah akan ada buku kedua. 

Tokoh-tokohnya hanya seolah sebagai pelengkap saja.  Sebagai warning juga, buku ini diberi label 21+ karena banyak adegan vulgar di dalamnya. Buku ini secara gamblang menggambarkan hubungan anggota Tim Aleph dengan wanita-wanita penghibur dan beberapa bagian cerita wanita-wanita tersebut diberikan sebagai reward di akhir pertemuan Tim Aleph dengan organisasi yang membayar mereka.

Buku pasukan Buzzer ini memberikan banyak gambaran mengenai sisi gelap perang di internet. Para Buzzer ini bukan saja mempromosikan sebuah barang, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai cara untuk menjatuhkan lawan politik atau menutupi sebuah kasus yang sedang menjadi sorotan masyarakat. Chang Kang-Myoung lebih ke mengangkat isu di korea selatan secara khususnya dan di internet secara umumnya. 

Di Indonesia juga sebenarnya sama saja, beberapa media telah mengangkat isu ini tetapi mungkin belum menjadi perhatian masyarakat secara masif. Isu buzzer ini muncul terutama di tahun-tahun politis, dan ada kejadian-kejadian tertentu yang membuat beberapa pihak menutupi kasus tersebut dengan menaikkan tagar-tagar yang menjadi trending di sosial media. 

Di Indonesia mereka ini dikenal sebagai Buzzerp. Sebagai pengguna media sosial, saat melihat sebuah tagar baru trending di platform yang saya gunakan, saya menjadi berpikir, isu apa kira-kira yang sedang berusaha ditutupi. Ah, lama-lama memang internet semakin mengerikan, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun