Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku "Keajaiban Toko Kelontong Namiya"

11 September 2021   16:33 Diperbarui: 11 September 2021   16:34 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan, seorang atlit bertanya apakah dia harus ikut olimpiade atau mendampingi pacarnya yang sedang sakit. Bagi seorang atlet, olimpiade itu tentu setara dengan perkara hidup mati. Surat yang awalnya mereka balas dengan asal-asalan berkembang menjadi diskusi yang dalam dan serius.

Kelinci Bulan bukanlah satu-satunya yang mengirimkan surat malam itu. Semakin malam, berbagai surat dengan bermacam-macam masalah datang satu persatu. Ketiga pemuda tersebut berdebat apakah mereka akan tetap menjawabnya, atau membiarkan saja surat-surat tersebut. 

Jika dijawab, bagaimana mereka melakukannya tanpa mengubah takdir pemilik surat. Ya, beberapa penulis surat tersebut adalah orang yang bisa mereka telusuri jejak kehidupannya di internet.

Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya ini menurut saya sangat bagus dan membutuhkan kecermatan dan konsetrasi dalam membacanya. Alur yang digunakan adalah alur maju dan mundur, dan semua tokoh yang disebutkan dalam buku tersebut karena satu dan lain hal memiliki hubungan satu dengan yang lain. 

Satu persatu kisah mereka akan dibahas dan surat-surat mereka dibacakan dan dibalas oleh Atsuya, Shota, dan Kohei secara bergantian. Bisa dibayangkan rumitnya jika satu permasalahan dibahas oleh tiga orang yang berbeda sifat dan sikap.

Membaca buku ini, saya menyadari bahwa saat kita menghadapi suatu masalah, atau memiliki pertanyaan dalam hidup, sebenarnya kita sudah memiliki jawaban atau pilihan akan melakukan apa. 

Tetapi, kita terkadang ragu dengan pilihan itu. Saat kita bertanya kepada orang lain, sebenarnya kita hanya memvalidasi pilihan kita, atau hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengarkan.

Hal ini membuat saya teringat pada kata-kata penutup yang selalu diucapkan oleh guru Bahasa Inggris saya sewaktu SMP jika tidak ada yang bertanya. " Kalian diam karena mengerti, atau sangat tidak mengerti sampai tidak tahu harus bertanya apa"? 

Sama seperti ending buku ini, kertas surat yang kosong bisa jadi karena pengirim tidak tahu mau bertanya apa, belum memiliki tujuan, atau seperti kata Pak Tua Namiya, belum memiliki map. 

Tetapi, kertas kosong bagi Pak Tua Namiya merupakan awalan yang bagus, karena pengirimnya bebas mau ke mana saja, mau memilih jawaban apa, mau memilih jalan hidup seperti apa. Cobalah mengubah sudut pandang, jika belum tahu jawaban atas pertanyaan dalam hidup anda, kira-kira begitulah yang dapat saya simpulkan.

Buku ini berisi kisah-kisah mengharukan dari orang-orang yang berjuang untuk hidup, berjuang mencapai cita-cita, dan berjuang membahagiakan orang sekitarnya. Surat-surat yang masuk dalam satu malam benar-benar membuat cara pandang Atsuya, Shota, dan Kohei mengenai hidup berubah. 

Kira-kira, bagaimana cara mereka menjawab surat-surat tersebut? Apa yang membuat Toko Kelontong Namiya berbeda dan bisa menerima surat dari masa lalu? Apakah ketiga penjahat amatir tersebut berhasil melarikan diri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun