Seolah ingin membuat kisah dua sejoli ini bertambah muram, Siti yang merantau ke kota pun tidak menemukan kebahagiaan, meskipun akhirnya luluh dan menikah dengan seorang supir. Siti akhirnya kembali ke desa, bertemu dengan Toyib yang juga telah menikah. Sumur kembali menjadi saksi persahabatan, pusat kehidupan, dan akhirnya kembali menjadi sumber kepedihan bagi Toyib dan Siti.
Cerita "Sumur" sebelumnya telah terbit dalam bahasa Inggris di antologi Tales of Two Planets: Stories Of Climate Change And Inequality In A Divided World dengan judul The Well. Antologi ini dipublikasikan oleh Penguin Books pada 2020. Buku Sumur ini hanya tipis sekali, bentuknya juga kecil dengan huruf yang relatif besar. Buku ini dimasukkan ke dalam semacam amplop dengan ilustrasi yang sama seperti bukunya. Sekilas tampak hanya seperti undangan ekslusif.
Saya bukan penggemar Eka Kurniawan. Saya membaca beberapa karangannya tetapi, gaya berbahasanya bukan jenis yang bisa saya nikmati. Buku "Sumur" ini cukup ramai diperbincangkan di Twitter penggemar literasi, yang membuat saya akhirnya FOMO, terlebih karena adanya catatan dari penerbit bahwa buku ini hanya akan dicetak sekali. Anehnya, buku sumur ini sangat ringan bahasanya. Berbeda sekali dengan bukunya yang lain yang penuh dengan bahasa eksplisit dan terkadang menggambarkan kekerasan yang vulgar. "Sumur" membuat saya kembali mengevaluasi penilaian saya kepada karya-karya Eka Kurniawan.
Dari buku sumur ini kita bisa melihat bahwa kehidupan sosial masyarakat bisa menjadi sangat berubah oleh adanya perubahan alam. Lewat kisah Siti dan Toyib, Eka Kurniawan bisa menggambarkan efek dari kekeringan, banjir, iklim yang berubah sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Masyarakat petani dan peternak yang memutuskan menjadi tenaga kasar di kota karena tidak lagi memiliki sumber penghidupan di desa.
Sumur bukan hanya tentang Siti dan Toyib. Sumur adalah gambaran kisah para petani kita. Sering sekali kita mendengar berita kekeringan, gagal panen, kemarau berkepanjangan, dan bapak tani berebut air di sawah. Lewat Sumur, peristiwa itu tidak lagi menjadi sekedar judul di koran. Sumur membuat kita bisa membayangkan akibat dari segala peristiwa itu kepada keluarga dan masyarakat lain terdampak. Sungguh aneh, bagaimana buku sekecil dan cerita sederhana ini memberikan gambaran mengenai beratnya dampak perubahan iklim melebihi pidato atau kampanye yang sering melintas di berbagai media massa.