Seorang penggemar memiliki tingkat fanatisme yang berbeda-beda. Ada yang senang sewajarnya, ada yang sampai jadi die hard fans, bahkan sampai menjadi sasaeng yang suka menyakiti dirinya sendiri dan idolnya.
Belum lama ini, kita melihat bagaimana fans BTS yang dikenal sebagai ARMY Indonesia memenuhi cabang-cabang McDonald dengan ojol demi mendapatkan makanan dengan kemasan khusus, meskipun isinya sama saja dengan menu biasanya.Â
Banyak yang merasa kesal karena dianggap menciptakan kerumunan, dan dianggap merupakan obsesi tidak sehat. Mungkin banyak juga yang bingung dengan hoby mengumpulkan PC (photo card) yang harganya bisa selangit, dan untuk mendapatkannya harus rela pre order.Â
Jangan garuk-garuk kepala dulu, ingat dulu remaja generasi 90 dan 2000an rela membeli tabloid atau majalah demi mendapat poster bertanda tangan atau bonus pin-up. Atau dulu bela-belain begadang demi menyaksikan serial Meteor Garden yang diputar pukul 22.00 WIB?
Daripada meributkan kelakuan penggemar K-Pop yang lucu-lucu menggemaskan, yuk kita bernostalgia saja dengan kelakuan kita saat dulu ngefans dengan tokoh idola kita.
Mengumpulkan Poster dan Pin-up
Coba ingat-ingat kamarnya saat dulu masih remaja atau ngekos. Kira-kira poster siapa yang menempel di dinding? Atau ada stiker apa yang ada di cermin?Â
Di kamar saya dan kakak saya dulu ada poster A*teens, F4, Spice Girl, The Corrs, dan entah siapa lagi. Sebagian besar poster tersebut milik kakak saya yang bela-belain mengumpulkan uangnya untuk beli majalah Aneka Yess, Hai, dan berbagai majalah lain yang memberikan bonus poster idola.Â
Di kamar Abang saya adanya poster berbagai tim bola, poster band Sheila on 7, Jamrud, Slank, dan Stinky.
Saya dulu menyukai berbagai anime, tetapi majalah anime belum dijual di daerah saya yang termasuk pelosok Indonesia.Â
Dulu saya puas membeli buku tulis dengan sampul anime kesayangan, tetapi, begitu kuliah di Jogja, saya memasang poster Kenshin Himura (Rouroni Kenshin) yang berukuran cukup besar, yang membuat Ibu kos geleng kepala dan memanggilnya Mas Codet.
Membeli Kaset atau CD
Seorang fans tidaklah lengkap jika tidak punya kaset satu atau dua buah. Minimal album kompilasi lagu terbaik dari artis idola. Tidak sedikit yang membeli CD bajakan demi bisa bernyanyi dengan idola. Ya, namanya juga usaha.
Membaca dan bernyanyi dengan mengikuti lirik lagu di cover kaset
Penggemar band dan penyanyi tertentu pasti ingat dengan kelakuan mereka ini. Acara santai sambil mendengar lagu tentu kurang lengkap jika tidak sambil membaca lirik yang berada di covernya. Tentunya sambil bernyanyi bersama artis idola.
Bergaya Seperti Idola
Kapan trend rebounding rambut mulai populer di Indonesia? Zaman remaja Indonesia jadi penggemar serial Meteor Garden dan ingin seperti Sancai.Â
Yang Laki-laki tentu banyak juga yang mengikuti gaya idola, seperti berambut gondrong biar seperti rocker idola, memakai jersey tim bola, atau sekedar meniru gaya berpakaian casual.Â
Sewaktu film Ada Apa dengan Cinta booming, dikabarkan banyak laki-laki yang jadi irit bicara biar cool seperti Rangga. Sewaktu Nicholas Saputra jadi Gie, banyak yang menjadi aktivis.
 Saya masih ingat dulu ada tren menggunakan baju lengan panjang strech yang didobel dengan kaus lengan pendek atau kemeja dibagian luar oleh sebuah band.Â
Tidak lama setelahnya, model baju tersebut langsung menjadi model yang banyak ditemukan di pasar dan digunakan oleh remaja laki-laki. Kompasianer ada yang ingat dengan band tersebut?
Mengantri Membeli Tiket Konser
Kalau ini sepertinya fans dulu dan sekarang pasti tahu rasanya. Jadi seorang penggemar tidak lengkap rasanya jika tidak pernah datang ke konser idola. Antri berpanas-panasan tidak masalah. Saya masih ingat teman saya yang fans berat Yovie and Nuno ingin menyaksikan konser mereka.Â
Sudah capek-capek mengantri, ternyata tiketnya hanya berjumlah terbatas, beruntung sebuah stasiun radio menyelenggarakan kuis pada jam-jam tertentu yang berhadiah tiket tersebut.Â
Sayangnya, kuisnya ada pada jam mata kuliah wajib. Tidak diragukan lagi, teman saya memilih bolos dan mendengarkan radio demi kuis. Untung saja dia menjadi pemenang dan berhasil mendapatkan tiket. Kesempatan mengikuti kuis hanya sekali, sedangkan bolos boleh tiga kali. Alasan yang masuk akal hehe.
Mengoleksi pernak-pernik bergambar Idola atau Serial Tertentu
Bentuknya bisa berupa binder, penggaris, binder, Tote bag, bahkan topi. Coba diingat-ingat dulu punya koleksi apa saja? Saya penggaris dan kotak pensil F4. Mungkin ada yang punya tas bergambar Dao Ming Tse? Topi bertuliskan "Tersanjung"? Kira-kira ke mana ya barang-barang tersebut?
Berhayal Berpasangan dengan idola
Ga jauh beda sih dengan fans zaman sekarang. Ngehalu berpasangan biasanya ditandai dengan menyematkan nama sang idola di belakang namanya.Â
Sampai sekarang teman SMP saya masih ada yang menggunakan nama "Byrne" sebagai nama belakangnya di setiap sosmed. Mantan teman sekelas juga menggunakan nama tersebut untuk membedakannya dari anak lain bernama depan saya. Tidak familiar dengan nama Byrne? Nama tersebut adalah nama belakang Nicky Westlife.
Berkirim Surat
Ini sih saya belum pernah lakukan. Tetapi, jika dulu majalah Bobo mewawancarai seorang pesohor, biasanya ada alamat persuratan yang dicantumkan di bagian bawah. Penasaran, apakah idola tersebut membalas surat yang ditujukan kepada mereka, ya?
Hal di atas hanya sebagian dari kelakuan fans jadul dan mungkin ngefans zaman sekarang juga masih banyak yang sama. Mungkin tabiat fans sekarang yang membuat banyak orang geleng-geleng kepala juga banyak terjadi sebelumnya.Â
Hanya saja saat itu, media tidak sebesar sekarang. Jika dulu kemarahan terhadap anti fans hanya bisa dilampiaskan dalam hati, sekarang ada media sosial yang digunakan sebagai tempat war. Dulu, kompasianer koleksi apa aja, nih?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI