Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Bersalin di IGD pada Masa Pandemi (A Tribute to BPJS)

24 April 2021   15:43 Diperbarui: 24 April 2021   16:37 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peserta BPJS Nasional (Sumber : Harian Nasional)

Dokter khawatir jika saya dipindah untuk CT Thorax bisa jadi saya akan melahirkan di instalasi tersebut, akhirnya diputuskan saya akan ditangani dokter on call dan tidak akan dipindahkan dari IGD. Saya akan bersalin di IGD dengan prosedur penanganan pasien Covid meskipun hasil tes antigen saya negatif. Sungguh bersyukur, karena saya pernah membaca berita bahwa ada seorang ibu yang sudah bukaan delapan diminta untuk menunggu hasil tes baru ditangani oleh petugas. Bahkan ada yang tidak mendapat penanganan sama sekali sehingga bersalin tanpa bantuan medis.

Saya tiba di IGD pukul 06.00 WIB, hanya beberapa jam setelahnya yaitu pukul 10.12 WIB kami sudah mendengar tangisan pertama anak kami. Hanya saja, untuk masuk ke ruang perawatan, saya tetap harus tes CT Thorax. Karena kondisi saya sudah dinyatakan tidak gawat, maka kami harus antri dan menunggu hingga sore untuk mendapatkan giliran tes. Saya berada di IGD hingga pukul 19.00.

Begitu memasuki kamar perawatan, saya agak terkejut karena ditempatkan di fasilitas kelas 1. Sebelumnya, saya dan suami sudah sepakat untuk mengambil kamar kelas 2 saja atau malah kelas 3 jika kelahiran pervaginam dan bayi dalam kondisi sehat karena hanya menginap satu malam. Tidak usah menyia-nyiakan tabungan untuk kamar sementara perawatan sama saja. Begitu masuk kamar, suami diminta segera mengurus administrasi supaya besok harinya tidak keteteran karena bisa pulang setelah visit dokter. Saat kembali ke kamar perawatan, suami saya terheran-heran karena biaya persalinan dan perawatan sementara adalah 0 rupiah, dan dia menenteng kertas kecil bertuliskan nomor BPJS anak kami yang baru lahir. Ternyata, kasus saya dianggap gawat darurat sehingga seluruhnya dicover oleh BPJS. 

Anak kamipun sudah langsung didaftarkan oleh petugas agar jika terjadi komplikasi, anak sudah bisa mendapat bantuan dari BPJS. Memang saat menunggu di IGD, suami saya diminta mengumpulkan copy kartu BPJS dan KK untuk berjaga-jaga jika harus ada tindakan darurat. Tetapi, kami tidak menduga bahwa status saya dianggap darurat. Suatu hal tidak terduga dan patut kami syukuri selama sisa hidup kami. Biaya persalinan yang kami siapkan, dapat kami alihkan ke biaya vaksinasi anak kami, karena kami berencana memberikan vaksinasi selengkap mungkin. Artinya, akan ada biaya vaksin tambahan karena tidak semua dicover oleh pemerintah.

Selama ini, saya jarang menggunakan BPJS saya karena prosedur rujukan yang membuat saya harus mengeluarkan waktu lebih, dan banyaknya pengantri yang ingin memanfaatkan fasilitas tersebut. Hal tersebut pernah saya tulis dalam artikel kompasiana yang berjudul Pengalaman Menggunakan BPJS : Diskriminasi dan Gagal. Namun, saya tidak pernah mengeluh dengan iuran yang harus saya bayarkan karena saya menyadari manfaat dibaliknya dan selalu adanya kemungkinan masa tidak terduga yang membuat saya harus siap dengan asuransi kesehatan. Adanya orang yang membandingkan sistem healthcare di luar negeri yang ternyata tidak seindah gambaran, membuat saya sekali lagi bersyukur Indonesia punya BPJS. Kelemahan selalu ada. Celah untuk berbuat tidak jujur juga mungkin ada. Tetapi, penerima manfaat dari BPJS ini juga sangat banyak, terutama saya sendiri. Karena itu, saya akan tetap menyarankan BPJS kepada orang yang saya kenal, yang belum mendaftar atau memilih tidak membayar iurannya.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun